Daya kreativitas dan ketangguhan disabilitas menjalani kehidupan telah diakui dunia. Hal tersebut diutarakan sendiri oleh Valerie Julliand, sebagai perwakilan PBB di Indonesia, ketika hadir dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional 2023 di Jakarta. Pada peringatan tersebut, digelar pameran lukisan hasil karya penyandang Cerebral Palsy yang berhasil menuai pujian.
Menurut Valerie, kontribusi para penyandang disabilitas dalam berbagai bidang seperti seni, olahraga, teknologi, dan budaya sangatlah luar biasa. "Meskipun di luar sana masih banyak masyarakat yang meremehkan keberadaan mereka." tambahnya lagi.
Jumlah penyandang disabilitas di dunia diperkirakan ada sebanyak 15 persen. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Susenas 2020, jumlah penyandang disabilitas mencapai 38,8 juta orang.
Akan tetapi, data yang dikeluarkan ILO menunjukkan bahwa hampir 90 persen disabilitas tidak berkerja atau pun mencari pekerjaan. Banyak diantaranya yang memilih bekerja di sektor informal.
Masalahnya di luar sana, penyandang disabilitas yang berusia muda tidak mendapatkan pekerjaan, pendidikan maupun pelatihan yang memadai. Padahal kondisi disabilitas bisa memengaruhi siapa pun.
Meskipun demikian, terdapat hasil yang menggembirakan. Merujuk kepada data yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2022, menyatakan bahwa terdapat 241.561 wirausahawan disabilitas di Indonesia. Jumlahnya meningkat pesat dari data tahun 2018 yang dikeluarkan Kompas yaitu sebanyak 180.000 orang saja.
Rata-rata UMKM Disabilitas ini bergerak pada sektor kuliner, fesyen, teknologi dan kriya. Produk-produk yang dihasilkan para penyandang disabilitas ini berkualitas tinggi dan memiliki nilai jual tersendiri.
Ini menunjukkan bahwa hasil karya penyandang disabilitas tak boleh dianggap sepele. Mereka bisa aktif dan rajin berkarya, meski memiliki keterbatasan fisik.
Sayangnya masih terdapat berbagai hambatan dan tantangan dalam memasarkan usahanya. Diantaranya terdapat keterbatasan akses modal dan fasilitas, kurangnya pelatihan dan pendampingan, adanya stigma dan diskriminasi, dan persaingan yang ketat antar UMKM.
Untuk itu, diperlukan kerja sama yang melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, organisasi maupun masyarakat luas. Agar para disabilitas bisa menyokong kehidupannya secara mandiri dan lebih baik lagi.
Aku sendiri teringat teman-teman sesama disabilitas yang pernah kutemui. Sudah banyak teman-teman disabilitasku yang sukses menghasilkan karya. Namun rata-rata dari mereka hanya berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini diamini oleh penelitian yang dilakukan oleh British Council yang berkerjasama dengan Universitas Brawijaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, di Indonesia sudah banyak kebijakan disabilitas yang dikeluarkan oleh pemerintah. UU Disabilitas memfasilitasi hal tersebut.
Akan tetapi dalam pengimplementasiannya sendiri masih kurang tepat. Seharusnya ada pengembangan yang lebih lagi, misalnya ajakan kolaborasi, kurasi karya, pemenuhan fasilitas hingga pembinaan.
Berusaha dari Teras Rumah, Disabilitas Berkarya untuk Berdaya
Bukti daya juang penyandang disabilitas, tercermin dari UMKM Teras Gendhis di Palembang.
UMKM ini didirikan oleh pasangan disabilitas bernama Bunda Gendhis dan Bapak Rachiman Amawide.
Saat ada pertemuan halal bi halal bersama teman-teman disabilitas, aku berkesempatan mengunjungi rumah kediaman Bunda Gendhis.
Di sana, Teras Gendhis menjual berbagai kerajinan dan dekorasi rumah yang seluruhnya dibuat sendiri, dari olahan tangan kreatif Bapak Rachiman dibantu sang istri.
Sehari-hari, Pak Rachiman membuat berbagai olahan kerajinan di teras rumahnya yang terang. Kita dapat melihat berbagai hiasan rumah yang kebanyakan terbuat dari bambu.
Di dalam rumah pasangan ini, dipenuhi galeri seni produk kriya yang siap dipasarkan. Saat merangkai produknya dan beraktivitas, keduanya tak jarang mengerjakannya sambil mengesot di lantai. Soalnya kebanyakan barang yang dijual mudah pecah.Â
Bermodalkan uang sendiri, Pak Rachiman mencoba untuk memanfaatkan limbah bambu dari usaha mebel milik saudaranya. Belajarnya secara otodidak dengan berbagai seniman, hingga mesti ke luar kota.
Rata-rata pelanggannya berasal dari mulut ke mulut dan lewat daring. Kebanyakan adalah pengusaha seni seperti wedding organizer, pemilik studio foto dan pasangan muda. Harga produknya dibandrol mulai dari delapan ribu hingga jutaan rupiah.
Dalam berkreasi, Pak Rachiman juga turut mempekerjakan rekan-rekannya sesama disabilitas. Di rumahnya ini, Bunda Gendhis dan Pak Rachiman rutin menggelar pelatihan gratis untuk disabilitas.
Memanfaatkan internet, Teras Gendhis memasarkan hasil kreasinya lewat Instagram @Teras_gendhis. Bagi yang penasaran, bisa langsung melihat sendiri produknya dan menghubungi beliau di sana, ya.
Sumber artikel :
Merdeka (2022) Pemerintah Target ada 50 Wirausaha Baru Dari Penyandang Disabilitas di 2023. https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-target-ada-50-wirausaha-baru-dari-penyandang-disabilitas-di-2023.html
Antaranews (2021). Akses Permodalan Jadi Kendala Utama UMKM Disabilitas. https://ekonomi.republika.co.id/berita/ruyxze490/survei-50-persen-pelaku-umkm-kesulitan-akses-permodalan-ke-perbankan
CNBC Indonesia (2023). Kisah Inspiratif UMKM Disabilitas Raih Omzet Jutaan Rupiah. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230714142520-37-454395/umkm-ri-butuh-duit-rp4300-triliun-baru-ada-rp1900-triliun
CSR Indonesia (2022). Sinergi CSR dan UMKM Disabilitas Demi Masa Depan Inklusif. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ED/article/view/25074/15153
Gerakan Difabel Mandiri (2024). Website Gerakan Difabel Mandiri. https://ydmi.or.id/
Kominfo (2022). Dorong UMKM Disabilitas Go Digital, Kominfo Gelar Pelatihan E-commerce. https://aptika.kominfo.go.id/2022/08/kominfo-berdayakan-umkm-disabilitas-perluas-akses-pasar/
Kompas (2019). Jumlah Wirausahawan Difabel di Indonesia Capai 180.000 Orang. https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-target-ada-50-wirausaha-baru-dari-penyandang-disabilitas-di-2023.html
Merdeka (2022) Pemerintah Target ada 50 Wirausaha Baru Dari Penyandang Disabilitas di 2023. https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-target-ada-50-wirausaha-baru-dari-penyandang-disabilitas-di-2023.html
Thohari Slamet, dkk. (2017). Pemetaan Kesenian dan Disabilitas di Indonesia. Malang : Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya
United Nation (2023). We are Able We are Capable We Are Equal Celebrating Creative Spirit People Disabilities https://indonesia.un.org/en/254980-we-are-able-we-are-capable-we-are-equal%E2%80%9D-%E2%80%93-celebrating-creative-spirit-people-disabilities
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H