Tahun ini tahun pertama adik puasa jauh dari orang tua. Jadi anak perantauan istilahnya. Pasalnya adikku diterima bekerja di luar kota sejak Agustus tahun lalu. Otomatis bulan ramadan ini dilaluinya sendirian.
Namanya anak bungsu, sejak bayi dia selalu dimanja oleh mimi (sebutanku untuk mama). Bahkan hingga sekarang pun, mereka berdua enggan terpisah. Meski raga jauh dirantau, tiga kali sehari dia pasti video call-an sama mimi. Udah kayak minum obat saja.Â
Nasihat Mengelola Keuangan Untuk Anak Rantau
Menjadi anak rantau untuk pertama kalinya, pastilah banyak sekali nasihat yang diberikan mimi untuk adik. Salah satunya tentang cara mengelola keuangan. Adik dibiasakan untuk mengelola keuangan dengan bijak.Â
Maklum anak muda, usianya belum genap seperempat abad. Adik bercerita ada beberapa rekan di kantornya yang berfoya-foya. Membeli hp seharga puluhan juta. Bahkan tidak segan menggunakan pinjaman online. Mentang-mentang sudah berpenghasilan.Â
Tidak masalah sebenarnya. Toh itu memang penghasilan sendiri. Akan tetapi, sebaiknya penghasilan kita gunakan secara bijak. Soalnya tidak ada yang tahu kondisi di masa depan.Â
Makanya, meski adik sudah mandiri secara finansial, dia tetap meminta nasihat pada mimi mengenai pengeluarannya. Untungnya, perusahaan tempatnya bekerja menyediakan mess karyawan. Jadi untuk urusan tempat tinggal, tak lagi jadi masalah.
Belajar Masak Sendiri Pakai Rice Cooker
Jika di awal-awal bekerja dulu, adik selalu makan di luar rumah. Kini, adik belajar masak makanannya sendiri. Mimi menyuruhnya beli rice cooker kecil. Lalu dengan video call, mimi mengajari adik memasak nasi dan makanan lain yang bisa dimasak dari rice cooker.
Sekarang saat bulan puasa tiba, adik pun sudah bisa masak beberapa makanan kesukaannya, seperti nasi uduk, spagetti dan nasi minyak khas Palembang. Bumbunya sebagian beli di minimarket, dan sebagian lagi di pasar.
Sepanjang bulan ramadan, adik masak nasi saat pulang bekerja. Untuk persiapan sahur dan berbuka. Sementara itu lauknya masih dibeli di luar. Terkadang untuk sayuran rebus, masak sendiri juga menggunakan rice cooker tersebut.Â
Memang untuk lauk, yang biasa masaknya lebih ribet, adik belum bisa membuatnya. Soalnya di messnya sekarang, tidak ada dapur umum. Jadi untuk masak lauk, masih sulit. Maka dari itu, adik membeli lauk dari restoran atau kantin perusahaan. Â
Dengan latihan masak sendiri, adik pun bisa menghemat waktu dan biaya. Jika dulunya, waktu belum ada rice cooker, adik mesti bangun lebih pagi untuk sarapan di kantin.Â