Â
         Dengan perasaan yang tak menentu Suri Ikun terpaksa menerima ujian atau syarat-syarat itu. Maka ujian pertama dimulai pada malam pertama. Pada malam itu ketujuh putri bersaudara itu, termasuk Bui Ikun tidur bersama di sebuah kamar. Kemudian Suri Ikun diminta untuk menunjukkan yang manakah Bui Ikun diantara ketujuh bersaudara itu yang mukanya sama persis. Dalam keremangan malam itu, mengenali Bui Ikun diantara ke enam saudaranya, bukanlah hal yang mudah. Di depan kamar tidur ketujuh gadis itu, Suri Ikun duduk termenung kebingungan. Dalam pandangan matanya ketujuh gadis yang sedang tidur itu benar-benar sama dan serupa.Â
Â
    Â
Ketika Suri Ikun sedang kebingungan, pantatnya disengat oleh seekor kutu busuk (Dalam bahasa dawan disebut eut'a), lalu perlahan-lahan Suri Ikun menangkap binatang itu. Suri Ikun meminta bantuan untuk menunjukkan Bui Ikun kepadanya.Â
Kutu busuk (Eut'a) itu pun menyanggupinya sambil menyampaikan suatu syarat. “ Jika aku atau anak cucukku mati ciumlah kami, sebelum mayat kami dicampakan dan turunan kami harus diberi nama suku yang harus engkau pandang dikerajaanmu!". Â
Serta merta demi cintanya pada Bui Ikun dan kedua anaknya, Suri Ikun menerima syarat tersebut maka sang kutu busuk (Eut'a) mulai beraksi. Pesan kutu busuk kepada Suri Ikun, “Aku akan segera memeriksa ketujuh gadis ini, perhatikan siapa diantara mereka yang akan tidur gelisah dan bolak balik menggaruk punggungnya bangunkan dia karena itulah Bui Ikun, istrimu!’.Â
Tak berapa lama salah seorang dari ketujuh gadis itu mulai membolak balik badan sambil menggaruk punggungnya. Maka gadis itu segera dibangunkan Suri Ikun lalu di bawah menghadap ayah gadis-gadis itu. Ujian pertama selesai dan Suri Ikun dinyatakan lulus. Â Akhirnya, Suri Ikun menamai turunan eut'a itu menjadi sebuah suku besar yakni Suku Eutbaun yang menghuni wilayah bakiliurai desa Tunabesi Kecamatan Io Kufeu.
Lalu ujian kedua dimulai. Bui Ikun mengambil beras sepiring penuh. Beras itu lalu dihamburkan dihalaman. Kemudian Suri Ikun diminta untuk mengumpulkan kembali semua biji beras itu sebelum fajar itu merekah. Kali ini Suri Ikun merasa pasti gagal, karena hal itu tak mungkin terlaksana.Â