Mela mutin oan ruma noi tara an tuir, la kare
Lia sara Wehali sara tuir uit, ha'i be mamar
Lia buti Wehali buti tuir uit, ha'i be so'i
        Hau inan sia ruma, aman sia ruma,
Hau aman sia ruma, inan sia ruma.
Hei foho bot rai bot, ina  no ama, ferik no katuas......................
Hadirin: Â Â Â Â He..............!
Cerminan budaya bidu yang kaya akan makna  dengan iringan musik yang mengalunkan kebahagiaan pada suatu wilayah menggambarkan bahwa orang yang tengah menghuni wilayah itu tengah berubah mengikuti arah jaman yang terus berubah.
Perubahan itu tentu datang dari orang-orang yang berada pada wilayah itu yang mau merubah dirinya dari yang lama dan yang sudah ada  kepada yang baru. Sehingga tidaklah heran kalau kehidupan para petani, baik petani ladang dan petani sawah atau kehidupan suatu masyarakat pada suatu jaman dapat digambarkan dalam sebuah tarian bidu.
Setiap lakonan para penari mencerminkan tahapan-tahapan suatu pekerjaan para petani itu sampai hasil panenan tiba di rumah. Ketika para penari melakoni tahapan itu selalu disertai nyanyian pantun sesuai dengan keadaan. Dalam mencerminkan suatu tahapan pekerjaan selalu saja pelatih atau pembimbing memilih tema yang tepat agar tahapan yang dilalui sesuai keadaan masyarakat petani bukan mengarang.Â
Tentu saja, formasi para penari juga disesuai dengan situasi yang terjadi saat itu sesuai kebutuhan. Sebagai salah satu contoh ketika para penari bidu memperagakan tema " Menanam Jagung". Berarti bahwa tahapan yang dilalui oleh penari putri adalah :
- Kupas jagung
- Patah tongkol jagung dari kulit
- Luruh Jagung (pisahkan biji besar dan kecil yang bagus)
- Menaruh dalam tempat tanam
- Menuju kebun untuk menanam
- Tikam tongkat kayu ditanah
- Mengisi biji jagung pada lubang yang sudah ditikam
- Â Kembali ke rumah.