2. Kolaborasi dan kehadiran sosial
Selama pandemi dan diberlakukannya pembelajaran daring, interaksi guru-siswa, guru-guru, dan antar siswa tidak dapat dilakukan secara langsung. Interaksi ketiganya dilakukan secara daring yang memiliki banyak batasan dan kekurangan dibanding interaksi secara langsung. PTMT memungkinkan melakukan kolaborasi dan berintreaksi sosial lebih mudah dan tanpa ada batasan, secara langsung saat itu juga.
3. Pengalaman belajar siswa lebih bervariasi
PTMT berarti para siswa belajar secara tatap muka langsung, tetapi tetap harus mengikuti pembelajaran secara daring pada waktu lain. Hal ini membuat siswa mengalami sendiri bagaimana belajar dengan berbagai metode. Siswa mendapatkan variasi yang beragam, menggunakan moda pembelajaran secara bergantian: daring dan tatap muka langsung.
Tentu saja PTMT secara langsung "memaksa" guru bekerja ekstra dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan belajar mengajarnya. Tidak hanya guru, siswa, tenaga kependidikan dan orang tua pun otomatis akan menerima dampaknya secara langsung. "Pemaksaan" untuk bekerja lebih keras, akan serta merta memberikan beban tambahan yang akan memakan banyak waktu, tenaga, juga pikiran agar kegiatan belajar dapat terlaksana baik dan menyenangkan. Beban baru yang didapat guru, siswa, tenaga kependidikan seperti:
1. Penyusunan jadwal pelajaran lebih rumit
Syarat kapasitas kelas terisi tidak lebih 50% dan lama belajar 3-4 jam, berakibat pada ruang kelas yang dibutuhkan bertambah atau jika tidak mencukupi maka kegiatan belajar diberlakukan sistem shift, pagi dan siang. Selain itu durasi belajar di sekolah dipangkas menjadi 3-4 jam, yang berimbas pada pengurangan waktu tiap jam pelajaran dan jumlah mata pelajaran per harinya. Akibatnya secara langsung dirasakan oleh bidang kurikulum yang akan menyusun jadwal pelajaran cukup rumit.
2. Tenaga ekstra untuk guru
Pada saat pembelajaran daring seluruhnya, persiapan mengajar bagi guru hanya terpaku pada perangkat yang akan digunakan, sinyal yang cukup stabil dan kuat selama pembelajaran, dan materi dalam bentuk bilah presentasi serta lembar kerja digital. Sedangkan ketika PTMT, selain mempersiapkan hal-hal tersebut, guru pun harus membuat perencanaan pembelajaran tatap muka yang berbeda dengan pembelajaran daring. Dengan kata lain guru memerlukan ekstra waktu dan tenaga untuk mengajar, menyusun materi ajar dengan RPP yang berbeda-beda, penjadwalan, rekap kehadiran, melaksanakan pembelajaran dengan kondisi kelas terbatas, kondisi siswa yang berbeda, dan lainnya.
3. Fleksibilitas dan keamanan
Bagi orang tua yang tidak mengizinkan anaknya berangkat sekolah untuk mengikuti pembelajaran tatap muka, bisa mengisi 'form' pernyataan tidak memberi izin anaknya. Namun kenyataan di lapangan, cukup sulit untuk memberi kebebasan siswa mengikuti pembelajaran tatap muka langsung atau tetap daring dari rumahnya karena beberapa hal, seperti bagaimana mempersiapkan perangkat saat kegiatan belajar mengajar yang dapat mengakomodir siswa di kelas pada saat bersamaan dapat mengakomodir siswa yang memilih belajar daring dengan tetap di rumah. Persoalan keamanan siswa dan guru ketika berada dalam kelas agar tetap sehat dan terhindar dari virus juga menjadi beban tersendiri bagi pihak sekolah, bagaimana memastikan 100% terhadap kondisi kesehatannya.