Kota Semarang Jawa Tengah dapat dikepung tiga jenis banjir sekaligus: banjir kiriman dari hulu, banjir lokal, dan banjir rob. Ketiganya berkelindan jadi masalah menahun akibat kerusakan sosio-ekologis.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan banjir di Kota Semarang, terjadi akibat luapan Kali Beringin Mangkang dan Kali Plumbon Kaligawe, yang merupakan dampak siklus hujan lebat 50 tahunan.
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Semarang, Kamis 4 febuari 2021 malam hingga Jumat 5 febuari 2021 pagi membuat ruas Jalan Kaligawe kembali teredam banjir. Titik air banjir, yang parah tepatnya terjadi di Bawah Terowongan Jembatan Tol Muktiharjo dengan ketinggian air mencapai setengah hingga satu meter.
Kondisi tersebut menyebabkan kondisi lalu lintas tersendat. Bahkan, saking tingginya genangan air banjir, membuat sejumlah kendaraan roda dua yang nekat melintasi genangan itu mati mesin dan mogok.
Berdasarkan data BMKG memang telah diperkirakan terjadi hujan ekstrim. Sesuai prediksi BMKG bahwa cuaca ekstrim terjadi di Bulan Februari, maka dalam beberapa hari terakhir curah hujan di Semarang mencapai 171 milimeter. Menurut hitungan hidrologi periode ulangnya 50 tahunan.
penyebab banjir kali ini lebih diakibatkan faktor alam, yaitu “curah hujan termasuk ekstrem” yang siklusnya tiap 50 tahun sekali dan pasang air laut yang cukup tinggi.
Faktor penyebab terjadinya banjir disemarang sangatlah kompleks jadi tidak hanya faktor alam saja.
menurut Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminudin menjelaskan, salah satu penyebab banjir di Semarang Timur salah satunya sumbatan sampah di sungai.
“Tumpukan sampah yang sangat banyak ditemukan di banyak titik sungai. Pengalaman kami dari beberapa tahun lalu itu masih sama, yakni sumbatan sampah,” kata Iswar saat meninjau bendung Kali Tenggang, Jumat 5 Febuari 2021.
Sedangkan menurut gubernur jawa tengah saat di wawancara di sebuah stasiun televisimenyebut sebab non alam, yaitu dua masalah di hulu dan hilir. “Penyebab hulunya penggundulan hutannya tinggi,” kata Ganjar. “Yang di bawah (hilir) kita menghadapi land subsidence (penurunan tanah).”
Andil besar elemen masyarakat dan pemerintah
Sebenarnya bencana banjir datang tidak serta merta datang dari sang pencipta.namun manusia juga mempunyai pengaruh besar dalam upaya pencegahan banjir.belajar dari berbagai masalah yang terjadi diatas maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pertama, sungai adalah salah satu faktor utama yang bisa menjadikan banjir atau tidak. Jika di sungai terdampat banyak sampah yang bergelimpang maka potensi banjir sangat memunginkan begitupu sebaliknya jika disungai itu bersih tidak terdapat sampah yang mengalir maka in syaa Allah akan meminimalisir potensi terjadinya banjir.
Maka kesimpulannya sungai harus bersih dari berbagai sampah dan limbah rumah tangga. Kebersihan sungai harus menjadi tanggung jawab kita semua baik masyarakat ataupun pemerintah. Ada regulasi yang lebih jelas untuk ditaati bersama. Misalnya larangan membuang limbah atau sampah ke sungai sampai ada denda dan hukumannya.
Disamping manfaat sungai yang bersih untuk meminimalkan terjadinya banjir, manfaat yang lain juga bisa dibuat wisata. Sungai yang bersih tentunya menjadi perhatian dan pemandangan tersendiri bagi masyarakat.
Hal ini tentunya bisa dibuat untuk wisata sekaligus untuk mendatangkan perekonomian. Misalkan dengan sungai yang bersih banyak orang yang ingin datang mengujungi tinggal disiapkan perahu kecil atau permainan air atau diisi dengan hias seperti ikan koi dan ini pernah terjadi di salah satu wilayah di provinsi yogyakarta sehingga orang yang datang dan mau naik perahu bisa dengan cara menyewa perahu.
Di sisi lain solusi dari adanya sampah bisa dipilah menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Yang anorganik bisa digunakan untuk kerajinan rumah tangga. Lagi-lagi pemerintah hadir lewat balai latihan kerja (BLK) bagaimana memanfaatkan sampah menjadi bahan kerajinan yang bisa punya nilai ekonomi. Pemerintah lewat BLK hadir di masyarakat dengan memberikan pelatihan pemanfaatan sampah. Sehingga pemerintah hadir ditengah masyarakat dalam pemanfaatan sampah rumah tangga untuk dibuat kerajinan seperti kerajinan tas, souvenir dan lain sebagainya.
Kedua, penanaman kembali (reboisasi) seperti kasus di semarang ini bagian wilayah hulu di semarang terjadi penggundulan hutannya tinggi. Maka diperlukan reboisasi walaupun memerlukan waktu yang tidak singkat untuk menampakkan hasilnya.
Ketiga, membuat sumur resapan (infiltration well) bahwa perlu diketahui di wilayah hilir semarang masalahnya adalah penurunan tanah dan masalah ini pun bisa dibilang masalah yang rumit diselesaikan lantaran tidak mudah mengontrol pembangunan di kawasan-kawasan tersebut. Untuk meminimalisirnya perlu di bangunnya sumur resapan karena ini penting untuk menyerap air mana kala musim hujan datang.
Keempat, normalisasi sungai secara berkala atau ter-schedule secara jelas. Selama ini banyak sungai yang terjadi pendangkalan namun entah sungai terlepas dari perhatian pemerintah hingga dibiarkan saja. Seharusnya ada tim satgas tersendiri untuk memantau bahwa sungai yang mana yang terjadi pendangkalan sehingga tidak perlu menunggu banjir dulu untuk melakukan normalisasi.
Kelima, sistem bendung dan pompa harus efektif, khususnya untuk kali tenggang dan sringin di kaligawe semarang timur kapasitas pompa harus di tingkatkan dan masih berfungsi dengan baik untuk saat ini kapasitas pompa dikali sringin dan tenggang totalnya 22 ribu meter kubik. Masing-masing 10 dan 12 ribu meter kubik walaupun dengan kapasitas tersebut masih kewalahan dalam menghadapi banjir maka Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) harus mengambil langkah untuk di tingkatkan lagi kapasitas pompa untuk menambah daya.
Dan solusi berikutnya adalah dengan membuat embung semisal diterapkan dijalan kaligawe raya dengan adanya embung di sekitar lokasi itu, bisa disalurkan ke saluran Kali Tenggang, dan dibuang langsung ke laut. Jadi sebelum air dipompa ke Kali Tenggang harus ada embung karena debit air hujan lebih besar dari kapasitas sungai yang membentang di Jalan Kaligawe.
Kalaupun membuat tanggul laut itupun membutuhkan dana yang lebih besar tergantung ikhtiar pemerintahnya. Namun Kementerian PUPR telah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang. Untuk menahan limpasan rob, dibangun tanggul rob yang membentang sepanjang 2,17 km dari Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), melingkari kawasan industri Terboyo hingga Kali Sringin.
Oleh karena itu apabila komponen-komponen yang telah disebutkan tadi mampu di implementasikan dengan penuh kesadaran baik dari masyarakat ataupun pemerintah maka musibah banjir pun in syaa Allah bisa diminimalisir secara signifikan yang menjadi tamu langganan tiap musim penghujan.
*) Penulis adalah Mahasiswa KKN MIT DR11 Kelompok 66 UIN Walisongo Semarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H