Mohon tunggu...
moh wafiq azizi
moh wafiq azizi Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berproses

Tugas artikel ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Kebudayaan Lokal Cirebon dalam Presfektif Hermeneutika

6 Juni 2022   01:50 Diperbarui: 6 Juni 2022   01:54 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam setiap tradisi adat masyarakat Cirebon dengan menilainya sebagai ritual tambahan di luar rukun yang berada di ajaran agama islam yang di jalankan masyarakat muslim sebagai syir agama. Dengan adanya kegiatan adat masyarakat setempat ini sebagai upacara adat merupakan hasil dari kreasi kebudayaan yang berada di lingkungan masyarakat yang diciptakan masyarakat muslim dengan bentuk mesyukuri adanya peringatan bulan atau kejadian-kejadian penting. Sementara lain tidak jelas asalanya tapi kegiataan ini bernuansa islami.

 

 

 

 

Dalam membaca kebudayaan Cirebon tentu tidak harus terpatok dalam adat istiadat yang berlaku tapi juga harus tahu apa saja kegiatan masyarakat setempat yang di jalankan oleh masyarakatnya agar tidak salah paham dalam mengartikan kebudayaan masyarakat terhadap tuhan sehingga mereka dapat melahirkan adat kebudayaan yang bernuansa religi baik dari segi kemanfaatan atau dari segi proses upacara yang masyarakat lakukan.

Sebagai masyarakat Cirebon sendiri dapat menilai dengan berbagai penilainya, salah satunya wali yang notabennya membangun kebudayaan dan menjaga budaya yang berada di Cirebon memiliki penilaiannya sendiri. Masyarakat Cirebon sangat menghormati bahkan sangat memuliahkan mereka sebagai wali maupun sebagai pendiri kerajaan yang berada di Cirebon. Sehingga banyak situs-situs atau kerajaan bahkah makam-makam kramat yang berada di Cirebon sebagai salah satu peninggalan yang wajib harus di jaga. Di dalam masyarakat cirebon sendiri masih memegang tradisi adat-adat istiadat  peninggalan nenek moyang dengan tujuan agar eksitensi kebudayaannya tidak hilang agar bisa dapat di nikmati ke anak cucu kita nanti. Sebagai generasi muda kita harus wajib melestarikan dan menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang, seperti suroan, safaran, muludan, rajaban. Dengan melestarikan kebudaya kita juga bisa mempererat hubungan persaudaraan, menjadikan hidup rukun dan mempunyai nilai-nilai tersendiri dengan hidup secara bergotong royong, melestarikan kebudayaan kita juga mempunyai kebanggaan tersendiri bisa mengenalkan identitas kita terhadap masyarakat lain sehingga budaya kita bisa dikenal oleh orang lain dengan adanya kontak sosial dengan masyarakat lain. Apa lagi di era semakin berkembangnya teknologi di zaman sekarang kebudayaan akan sangat mudah di kenal oleh orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun