Mohon tunggu...
Moh Tamimi
Moh Tamimi Mohon Tunggu... Jurnalis - Satu cerita untuk semua

Mencari jejak, memahami makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semaling-malingnya Maling Madura, Masih Lebih Maling Maling Jakarta

18 Agustus 2021   07:39 Diperbarui: 18 Agustus 2021   09:58 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Utama: "Bukan Koruptor" karya Moh. Tamimi 

Peduli sesama
Jangan kira para maling Madura ini beringas terus tak kenal ampun. Tidak. Mereka tetap peduli sesama, baik sesama maling maupun sesama manusia. Ketika pemilihan kepala desa, misalnya, merekalah pengaman tanpa SK dari pemerintah. Kalau cuma pu*isi, maju-mundur cantik untuk menghadapinya, toh meraka sudah kebal.

Mereka juga turut mengamankan desa. Jangan harap desa akan aman jika belum menggunakan jasa maling untuk mengamankannya. 

Mereka turut bertanggung jawab atas kehilangan di suatu desa yang menjadi tanggungannya dengan cara menelusuri para sindikat maling yang lain dan turut mencari barang yang hilang sampai ketemu. Ini sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab dan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap sesama manusia.

Religius
Madura kental dengan pesantrennya, masyarakatnya yang religius, yang selalu melaksanakan tahlilan, muludan, barzanjian. Demikian juga dengan para maling, mereka tetap ikut tahlilan, muludan, dan barzanjian sebagaimana biasanya, memakai sarung, baju koko, dan songkok. Tentu saja, maling Madura pinter ngaji.

Satu lagi, sebelum beraksi, bahkan berbulan-bulan sebelumnya, mereka lebih dulu melakukan tapabrata untuk mengumpulkan tenaga dan kesaktian dalam mengantisipasi segala kemungkinan. Jangan kira mereka tidak melakukan ritual dan persiapan yang matang untuk hal ini. Bisa saja, puasanya, ngajinya, mereka lebih hebat dari kita-kita yang mengaku sebagai bukan maling.

Dunia permalingan dijadikan profesi,
beda dengan profesi-profesi lain. Profesi maling ini tidak membuat kaya pelakunya karena menjadi maling di sini cukup untuk hidup sederhana, kecuali bosnya. Duit mereka takkan pernah sampai miliaran seperti koruptor. 

Meskipun demikian, sebagaimana profesi, di tengah-tengah masyarakat ia tetap dikenal sebagai maling, tetapi takkan digebuk massa, secara gitu, orang Madura anti mainstream. Akan tetapi, jika kepergok saat beraksi dan ketangkap basah, bersiap-siaplah bertemu malaikat Mungkar dan Nakir.

Demikian sebagian ciri-ciri maling khas Madura yang saya kira sudah mewakili secara keseluruhan. Apabila ada maling dengan ciri-ciri demikian, silahkan ditelusuri, apakah ia orang Madura. Akan tetapi, jika hanya sebagian dari ciri-ciri di atas, maka kemungkinan besar dia bukan orang Madura, semisal memotong Rp. 10. 000 setiap paket Bansos. Orang "Jakarta" itu mah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun