Masih ingat dengan lagu ini, "Maling kau maling kau maling, jangan teriak maling, bila kau maling, jangan berisik." Ingat kan? Iyalah, masah gak ingat, itu kan lagu yang sering kamu nyanyikan di kamar mandi sambil jingkrak-jingkrak.
Kira-kira, malingnya siapa? orang Madura bukan? Yang dicuri apa? Kalau yang dicuri sapi, kemungkinan besar itu orang Madura. Kalau Bansos? Kalau yang dicuri adalah hati loe, ya gue lah itu orangnya. Hehe
Maling yang sering mencuri uang di senayan itu, saya gak mau tanya lagi, terlalu banyak vrooh. Ibarat kata, kalau dulu konon Khalifah Harun Ar-Rasyid bertanya kepada Abu Nawas, Â "Lebih banyak mana antara bintang di langit dan ikan di lautan?"Â
Maka dalam konteks kekinian kira-kira begini pertanyaannya, "Mana lebih banyak antara maling sapi di desa dengan maling uang di kota?" Seandainya saya Abu Nawas, maka saya tak akan ragu menjawab, "Lebih banyak maling uang di kota karena sudah ditangkap setiap hari tapi tak habis-habis."
Menurut Saut Situmorang dalam akun Facebook yang diposting pada tanggal 25 Agustus 2017 pukul 21.05, "Koruptor adalah maling paling rendah dalam hierarki maling. Lebih rendah malah dibanding maling jemuran." Saya sangat setuju dengan pernyataan Saut Situmorang ini.Â
Ya iya lah, koruptor itu seperti ular berkepala tikus. Kepalanya, dengan "giginya", berguna untuk menggigit loker uang sedangkan tubuhnya berguna untuk berkelit, membebaskan diri dan melilit balik pengusiknya. Tentu beda dong dengan maling khas Madura. Anda tahu gak maling Madura seperti apa? Ini ciri khasnya:
Memiliki Intel sekelas FBI dan CIA
Para maling Madura takkan mencuri sebelum tahu seluk beluk wilayah yang akan "diinvasinya" pada malam hari. Oleh karena itu, mereka menerjunkan para intelejennya untuk mengorek informasi wilayah tujuannya. Biasanya, para intelejen ini adalah orang "dalam", warga sekitar yang menjadi sekutunya dalam blok maling.
Cinta Tanah Air
Sejahat-jahatnya maling Madura karena telah mencuri hak orang lain, mereka tetap cinta tanah air, tanah kelahirannya sendiri. Buktinya, mereka tidak mencuri di wilayahnya/desanya sendiri, kecuali ditantang oleh tuan rumah.Â
Mereka akan mencuri ke desa antah berantah yang terlebih dahulu disurvei, kondisi jalannya, bobot calon curiannya, siapa pemiliknya, serta di mana letaknya.
Apabila ada yang menghina tanah airnya, desanya, ia tak segan untuk berdiri paling depan. Dia siap bertempur mati-matian. Mereka mah melakukan aksi nyata bukan hanya koar-koar di media.