Mohon tunggu...
Mohammad Sidik Nugraha
Mohammad Sidik Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Textpreneur

Penyunting dan penerjemah buku berpengalaman 15 tahun lebih. Berbagi tulisan bermanfaat di media cetak dan daring.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Belajar Tangguh dari Atlet Difabel

14 September 2024   11:30 Diperbarui: 14 September 2024   13:10 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paralimpiade bukan pesta olahraga biasa. Dari segi komersial, ajang ini mungkin kurang diminati. Namun, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Salah satunya tentang daya juang untuk mendobrak keterbatasan.

Atlet-atlet yang berlaga di Paralimpiade adalah penyandang disabilitas. Mereka bisa saja memilih untuk meratapi keadaan dan hidup dengan mengandalkan orang lain. Namun, mereka tidak larut dalam keluh kesah. Mereka berjuang dan melakukan yang terbaik.

Paralimpiade Paris 2024 diikuti oleh lebih dari 4.000 atlet. Di antara mereka mungkin ada yang dipandang sebelah mata oleh orang lain. Namun, berkat kekuatan mental, mereka bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Indonesia mengirimkan 35 atlet ke Paralimpiade Paris 2024. Mereka bertanding di 10 cabang olahraga. Kontingen Merah Putih memasang target perolehan medali 1 emas, 2 perak, dan 3 perunggu.

Istimewanya, target itu pun berhasil dilampaui. Para atlet kita memperoleh 14 medali dengan perincian 1 emas, 8 perak, dan 5 perunggu. Ini adalah jumlah raihan terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia sejak Paralimpiade Toronto 1976.    

Mengikuti pemberitaan tentang Paralimpiade 2024, saya teringat novel pendek The Old Man and the Sea (Lelaki Tua dan Laut) karya Ernest Hemingway. Ketangguhan para atlet kita seperti nelayan bernama Santiago dalam cerita fiksi itu. Mereka sama-sama pantang menyerah.

Ada satu kalimat dalam karya Hemingway itu yang menggambarkan semangat juang atlet Paralimpiade 2024. Kalimat itu berbunyi, "Manusia tidak diciptakan untuk kalah." Sejatinya, kita semua memiliki modal daya juang dan keinginan untuk menang.

"Kalau kita mau giat berlatih, mau berusaha, pasti bisa," kata Sriyanti, atlet Indonesia yang berlomba pada pertandingan terakhir cabang angkat berat Paralimpiade Paris 2024 (Kompas.id, 8/9/2024).

Kekuatan Mental

Saptoyogo Purnomo menyumbang medali pertama bagi kontingen Indonesia di Paralimpiade Paris 2024. Dia mencapai finis lomba lari 100 meter putra di urutan ke-2 dalam waktu 11,26 detik. Dia pun berhasil memperbaiki catatan waktu dan memecahkan rekor Asia atas namanya sendiri. Lewat prestasi dan tanpa menggurui, dia mengingatkan kita tentang pentingnya kekuatan mental.

Saptoyogo mengaku mentalnya sempat jatuh menjelang final.

"Cuaca kurang mendukung karena hujan, tetapi saya harus maksimal karena ini final. Saya harus semaksimal mungkin di Paralimpiade," kata atlet penyandang cerebral palsy ini (Kompas, 1/9/2024).

Paralimpiade merupakan pesta olahraga istimewa. Di sinilah kita melihat bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berprestasi. Para atlet berusaha melakukan yang terbaik karena didorong oleh kekuatan mental.

Saya pernah menerjemahkan buku 13 Things Mentally Strong People Don't Do karya Amy Morin, seorang psikoterapis berpengalaman 20 tahun lebih dan dosen di Northeastren University, Amerika Serikat. Saya pun tersadar bahwa selama ini kita terlalu berfokus pada kesehatan mental. Sebaliknya, kita kurang memperhatikan kekuatan mental.

Sebagian dari kita mungkin menganggap "kesehatan mental" sama dengan "kekuatan mental". Dalam bukunya, Amy Morin menjelaskan:

"Kekuatan mental tidak sama dengan kesehatan mental ... Sebagaimana halnya orang-orang bisa tetap bisa kuat secara fisik meskipun mereka mengidap penyakit fisik seperti diabetes, Anda tetap bisa kuat secara mental walaupun Anda mengalami depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental yang lain."

Orang bermental kuat bukan berarti kehidupannya selalu baik-baik saja. Dia pun tidak lepas dari permasalahan yang bisa jadi sangat berat. Terkadang, dia merasa sedih atau cemas. Namun, dia tidak larut dalam kesedihan dan kecemasan itu.

Pada hakikatnya, seseorang tetap bisa kuat secara mental meski mengalami masalah kesehatan fisik atau mental. Kekuatan mental mencakup kemampuan untuk berpikir, merasa, dan melakukan yang terbaik. Kekuatan ini perlu dirawat secara berkesinambungan. Jika tidak, otot-otot mental akan mengecil dan melemah (Morin, 2015).

Kekuatan mental sering kali menjadi faktor penentu seseorang mampu mengatasi kesulitan dan tantangan kehidupan.  Atlet-atlet yang bertanding di Paralimpade 2024 membuktikannya. Dari mereka, kita belajar tentang ketangguhan. Salut!

Salam,

Mohammad Sidik Nugraha

Catatan: Tulisan ini adalah gabungan dua artikel saya yang sudah tayang di Kompas dengan judul "Paralimpiade dan Kekuatan Mental" (2/9/2024) dan "Pancaran Inspirasi dari Paralimpiade" (12/9/2024) dengan beberapa penyesuaian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun