Mohon tunggu...
Mohsa El Ramadan
Mohsa El Ramadan Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang jurnalis, tinggal di Banda Aceh.

Menulis adalah spirit, maka perlu sebuah "rumah" untuk menampungnya | E-mail: mohsaelramadan@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak 'Kejahatan' NGO Asing di Batangtoru

19 Agustus 2019   16:20 Diperbarui: 19 Agustus 2019   16:40 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enam tokoh masyarakat Simarboru menggelar demo di Kedubes Inggris dan Belanda. | Foto: Dokpri

Pembangit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru akan menghemat APBN hingga Rp 6 triliun per tahun saat beroperasi  pada tahun 2022 nanti, karena Indonesia tak perlu lagi mengimpor  bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk menggerakkan pembangkit listrik. PLTA bertenaga air ini ramah lingkungan serta merupakan solusi untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera.

Menghemat APBN hingga Rp6 Triliun

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru akan menghemat APBN hingga Rp6 triliun per tahun saat beroperasi  pada 2022 nanti karena Indonesia tak perlu lagi mengimpor  bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk menggerakkan pembangkit listrik. PLTA bertenaga air ini ramah lingkungan serta merupakan solusi untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera.
 

Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu mengemukakan itu merespon penolakan sejumlah LSM yang dimotori aktivis LSM asing terhadap proyek yang dibangun di kawasan Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara itu, Minggu (18/8).  PLTA berkapasitas 510 megawatt (4x127,5 MW)  ini  telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai  satu  Proyek Strategis Nasional (PSN),  yang dibangun oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) dengan investasi US$1,68 miliar atau setara Rp237,7 triliun.

Gus mengaku bingung dengan kampanye sebagian orang yang menyebut PLTA Batangtoru tidak  ramah lingkungan, padahal nihil menggunakan bahan bakar fosil, seperti solar dan batubara, dalam mengoperasikannya, melainkan memakai energi  baru terbarukan (EBT) yaitu air Sungai Batangtoru."PLTA Batangtoru ini proyek paling strategis karena menggunakan tenaga air, paling ramah lingkungan," sambungnya.

Dia menegaskan pembangunan PLTA Batangtoru dirancang selaras dengan pengelolaan kawasan Batangtoru secara lestari dan berkelanjutan sehingga lingkungannya tetap terjaga, termasuk habitat Orangutan sebagai spesies endemik hutanTapanuli di sana. "Proyek ini juga bermanfaat bagi perekonomian daerah karena menyerap banyak tenaga kerja lokal, selain mampu mengatasi defisit listrik  di Sumut  sehingga kegiatan perekonomian bisa berjalan lancar," katanya.

"Kampanye hitam" tentang lingkungan yang terus menyerang PSN di Batangtoru itulah yang menyulut amarah tokoh-tokoh adat di sana sehingga mereka menggelar aksi demo di Kedubes Inggris dan Belanda. Para tokoh Simarboru yang hadir  berdemo di kedutaan dan kemudian  diterima Kemenlu RI di antaranya, Abdul Gani Batubara, Edward Siregar (Raja Luat Sipirok gelar Sutan Parlindungan Suangkupon), Yusuf Siregar (Raja Adat Marancar), Mara Iman Nasution, Tawari Siregar (Mangaraja Tenggar) dan Khoirullah Harahap.

Orang-orang inilah yang selama ini menghidupi orangutan di Simarboru, bukan NGO asing yang justru melakukan "kejahatan verbal" terhadap PSN lewat provokasi terhadap warga.  Bahkan, demi dolar, oknum-oknum NGO asing ini begitu ngotot dan berani terbuka  merongrong kedaulatan nasional negara kita. Siapa sebenarnya mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun