Pertempuran Berikutnya.
Setelah Irwandi memamerkan sebagian program kerjanya jika dia terpilih menjadi gubernur periode 2017-2022, wartawan pun mulai mencecar pertanyaan jail ke Irwandi. “Anda dianggap sukses, bahkan di beberapa survey waktu itu—survey sekarang juga unggul—Anda berada di posisi teratas dari kandidat lain. Tapi, selaku incumbent saat itu, mengapa Anda kalah?” tanya Aldin NL, Kepala Biro Harian Waspada Medan di Banda Aceh.
Dengan raut muka yang tenang Irwandi menjawab: “Waktu itu, kan, saya maju lewat jalur independen. Nah, karena lewat independen maka disebarkanlah isu ke lapisan bawah bahwa saya pengkhianat perjuangan Aceh. Ini termakan oleh sebagian warga di desa. Parahnya lagi, ketika pemilihan, saya dan partai saya dicurangi. Ini masalahnya. Tapi, begitupun saya masih bisa meraup suara hampir 30 persen,” jelas Irwandi. Ia optimis Pilkada Aceh 2017 situasinya akan berbeda dengan 2012.
Imran Joni, Pemimpin Umum Harian Rakyat Aceh juga melempar pertanyaan pedas dan menggelitik; “Pak gubernur, Anda tadi bilang tak punya banyak dana untuk kampanye kali ini. Tapi rakyat justru heran dan bertanya-tanya karena di sisi lain Anda mampu membeli pesawat terbang pribadi. Tolong penjelasannya,” tegas Joni.
Sambil tertawa kecil Irwandi bilang, “sebenarnya harga pesawat pribadi saya itu tidak mahal, kira-kira seharga tiga mobil Avanza-lah.” Gerrr…sebagian jurnalis tersenyum dan terperangah mendengar penjelasan Irwandi.
Sedangkan harga dari pabriknya, lanjut Irwandi, pesawat Shark Aero itu dibanderol 90.000 Euro, atau kira-kira Rp 1.3 M, setara harga mobil Toyota Harrier. Tapi Irwandi membayarnya hanya 40.000 Euro (Rp 600 juta) karena dia merupakan agen pesawat itu untuk kawasan Asia Pasifik.
Loh,kok,bisa? Itulah hebatnya diplomasi, persahabatan, dan kejujuran, kata Irwandi. Vladimir Pekar adalah seorang sahabat Irwandi di Slovakia. Dia punya pabrik pesawat. Irwandi sudah lima kali ke pabrik ini. “Vladimir ini tidak kaya tapi kreatif luar biasa. Dia wujudkan mimpinya bikin pesawat hingga menjadi kenyataan. Dan pesawat buatannya memang top di Eropa.”
Menurut Irwandi, temannya itu menginginkan dia dapat memasarkan pesawat-pesawat bikinan pabriknya di Indonesia. Maka, dititip lah sebuah pesawat kepada Irwandi. “Saya hanya membayar uang jaminan sebesar 40.000 Euro plus pajak-pajaknya.”
Tapi, lanjut Irwandi, jika dia tidak mampu menjual satu pesawat pun dalam masa dua tahun, pihak manajemen akan menarik kembali pesawat itu. “Maka, saya minta kepada anak Pak Lukman CM, anak Pak Let Bugeh, anak Pak Firmandez, (semuanya pengusaha kaya Aceh) dan anak-anak dari toke lainnya belilah pesawat Shark Aero melalui saya, biar pesawat saya tidak diambil kembali oleh mereka,” cerita Irwandi sambil tertawa renyah.
Irwandi menjelaskan hobinya membawa dan menerbangkan pesawat hanya bertujuan ingin memberikan teladan kepada kaum muda Aceh bahwa menjadi penerbang itu bukan perkara sulit. “Hei…anak muda Aceh! Saya masuk pendidikan pilot ketika sudah berusia tua, 53 tahun, pernah kena stroke lagi, masih bisa jadi pilot. Tapi, kenapa kalian yang muda-muda dan gagah masih takut pada ketinggian? ” tantang Irwandi.
Dia mengakui pemuda Aceh terkenal memiliki tubuh bagus dan mental pemberani.Karena itu Irwandi ingin membuka mata rakyat Aceh bahwa teknologi pesawat itu bukan hal mewah lagi musykil. “Banyak orang masih berpikir harga pesawat itu puluhan miliar hingga triliunan rupiah. Benar ada pesawat yang harganya hingga Rp 5 triliun seperti pesawat Airbus A-800, tapi banyak juga pesawat yang harganya sama dengan harga mobil Avanza,”jelas Irwandi.