Manfaat dan tantangan sabuk hijau
OECD menemukan bahwa responsifitas pasokan perumahan terhadap permintaan di Inggris adalah yang paling lemah di antara negara-negara maju, sebagian besar disebabkan oleh kebijakan sabuk hijau. Konsep sabuk hijau pertama kali diperkenalkan untuk London pada tahun 1938 sebelum Undang-Undang Perencanaan Kota dan Negara tahun 1947 memungkinkan pihak berwenang setempat untuk menentukan status mereka sendiri. Kebijakan ini diperkenalkan untuk mengatasi urban sprawl mengikuti perkembangan perumahan pasca-perang yang besar, dan berkembang pesat antara tahun 1951 dan 1964. Sejak 1979, sabuk hijau telah berlipat dua untuk mencakup 13 persen tanah di Inggris (sementara hanya 2,3 persen ditutupi oleh bangunan).
Sementara sabuk hijau tetap merupakan kebijakan yang populer, dan telah mencegah penyebaran kota, itu tidak bebas biaya. Biaya peluang sabuk hijau adalah kurangnya lahan yang dapat dikembangkan, yang mengakibatkan lebih sedikit rumah yang dibangun dan harga yang lebih tinggi. Rumah-rumah baru di Inggris sekitar 40 persen lebih mahal per meter persegi daripada di Belanda, meskipun ada 20 persen lebih banyak orang per kilometer persegi di sana daripada di Inggris. Selain itu, biaya untuk memaksa pembangunan ke lokasi perkotaan adalah bahwa kota kehilangan lahan publik yang digunakan secara lokal atau kebun yang biasanya memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang lebih tinggi daripada lahan sabuk hijau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H