Manusia) karya Yuval Noah Harari bukan cuma sekadar buku sejarah biasa! Ini adalah petualangan intelektual yang bakal ngajak lo buat berpikir ulang tentang siapa kita sebenarnya, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Harari dengan gayanya yang santai tapi penuh isi, berhasil bikin sejarah yang kelihatan membosankan jadi sesuatu yang relatable banget buat anak muda zaman sekarang.
Buku Sapiens: A Brief History of Humankind (atau dalam terjemahan Indonesia: Sapiens: Riwayat Singkat UmatApa yang Membuat Sapiens Spesial?
Oke, sebelum kita bahas lebih dalam, gua kasih tahu dulu garis besar buku ini. Harari membagi sejarah manusia ke dalam empat revolusi besar:
Revolusi Kognitif: Periode di mana otak Homo sapiens berkembang dan kita mulai bisa berpikir abstrak. Ini terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu.
Revolusi Pertanian: Ketika manusia mulai bercocok tanam dan menetap di suatu tempat, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Revolusi Sains: Dimulai sekitar abad ke-16, ketika manusia mulai memahami alam semesta dengan pendekatan ilmiah.
Revolusi Industri: Perubahan besar di abad ke-18 yang memengaruhi cara manusia hidup, bekerja, dan berpikir.
Gimana? Udah kerasa berat? Santai aja, karena Harari ngebahas ini dengan cara yang gampang dicerna. Bahkan, dia sering banget pake analogi yang bikin lo ketawa atau tiba-tiba ngerasa, "Oh iya juga ya!"
Harari dan Sudut Pandang Baru tentang Manusia
Menurut Harari, Homo sapiens itu unik karena kemampuan kita buat menciptakan fiksi. Apa maksudnya? Kita bisa bikin cerita, mitos, agama, bahkan sistem ekonomi yang sifatnya imajinasi kolektif. Contoh paling simpel adalah uang. Secara fisik, uang cuma kertas atau angka di layar. Tapi karena semua orang "percaya" pada nilainya, uang jadi salah satu kekuatan paling besar yang menggerakkan dunia.
Pernyataan ini bener-bener mind-blowing sih. Sebagai anak muda, gua ngerasa ini relevan banget. Harari ngingetin kita kalau banyak hal yang kita anggap "natural" itu sebenernya hasil konstruksi sosial. Jadi, kalau kita mau ubah dunia, kita harus mulai dari mengubah cerita yang kita percaya.
Kritik Harari tentang Revolusi Pertanian
Di bagian Revolusi Pertanian, Harari ngeklaim kalau ini sebenarnya adalah "penipuan terbesar" dalam sejarah manusia. Lho, kok bisa? Menurut dia, manusia jadi makin susah payah kerja setelah bercocok tanam dibandingkan saat mereka hidup sebagai pemburu-pengumpul. Selain itu, peradaban yang terbentuk dari pertanian malah menciptakan ketimpangan sosial dan eksploitasi. Jadi, nggak sepenuhnya benar kalau kita nganggep revolusi ini sebagai kemajuan besar.
Sebagai pegiat literasi, gua jadi mikir, apakah sistem yang kita anggap "maju" saat ini juga punya sisi gelap yang nggak kita sadari? Contohnya, sistem pendidikan. Apakah ini bener-bener buat "memajukan" manusia atau cuma bikin kita jadi roda di mesin kapitalisme? Ini pertanyaan yang wajib kita renungkan.
Masa Depan Homo Sapiens
Di akhir buku, Harari ngajak kita buat mikir tentang masa depan. Dia ngangkat isu soal bioteknologi, kecerdasan buatan, dan transhumanisme. Harari optimis tapi juga skeptis. Dia percaya kalau teknologi bisa bikin manusia "melampaui" batas-batas biologis, tapi di sisi lain, ada risiko besar kalau kekuatan ini jatuh ke tangan yang salah.
Bayangin, kalau algoritma dan AI yang makin canggih malah dipake buat mengontrol hidup kita, gimana nasib kebebasan individu? Gua jadi inget kata-kata Elon Musk, "AI is more dangerous than nukes." Buku ini bener-bener bikin lo sadar betapa pentingnya kita sebagai generasi muda buat ngerti teknologi dan etika di baliknya.
Data dan Kutipan yang Menguatkan
Banyak tokoh dunia yang memuji buku ini. Salah satunya adalah Barack Obama. Dia bilang, Sapiens adalah "a sweeping history of the human race, from 40,000-foot altitude." Artinya, buku ini ngasih pandangan luas tentang sejarah manusia, tapi tetep grounded dengan fakta-fakta yang relatable. Mark Zuckerberg juga pernah merekomendasikan buku ini di book club-nya.
Harari juga pake banyak data yang bikin argumennya makin kuat. Misalnya, dia nyebut kalau pada tahun 2014, sekitar 1,5 miliar sapi hidup di dunia karena permintaan daging dan susu. Tapi hewan-hewan ini diperlakukan lebih kayak "mesin" daripada makhluk hidup. Ini ngegambarin betapa jauh manusia udah mengubah ekosistem demi kebutuhan mereka sendiri.
Bahasa Anak Gaul: Kenapa Penting Buat Kita?
Nah, kenapa buku ini penting banget buat anak muda kayak kita? Karena Harari ngajak kita buat jadi generasi yang melek sejarah dan nggak gampang termakan narasi. Kita harus berani nanya, "Apakah sistem yang kita jalani sekarang bener-bener adil?" dan "Apakah kemajuan teknologi bener-bener buat semua orang atau cuma buat segelintir elite?"
Sebagai anak muda, gua percaya banget kalau perubahan besar dimulai dari kesadaran kecil. Buku ini bisa jadi bahan diskusi seru sama temen-temen, apalagi kalau lo suka debat soal masa depan, lingkungan, atau keadilan sosial. Harari ngajarin kita buat nggak gampang puas sama jawaban instan dan terus ngejar pertanyaan yang lebih besar.
Intisari: Wajib Baca atau Skip?
Kalau lo tipe orang yang haus ilmu dan suka mikir di luar kotak, Sapiens jelas wajib baca. Harari nggak cuma ngasih lo fakta sejarah, tapi juga tantangan buat mikir lebih kritis tentang dunia yang kita tinggali. Dan meskipun beberapa argumen dia kontroversial, itu justru bikin buku ini makin menarik.
So, buat lo yang belum baca, gua cuma bisa bilang: "Jangan sampe ketinggalan!" Buku ini kayak paket komplit yang bakal bikin lo lebih paham soal masa lalu, lebih sadar soal masa kini, dan lebih siap menghadapi masa depan. Harari emang jenius banget, dan Sapiens adalah bukti nyatanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H