Mohon tunggu...
Moh. Mudhoffar Abdul Hadi
Moh. Mudhoffar Abdul Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Arsitek Dunia Literasi

Pengen nulis apa aja yang ada di otak

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengupas "Naar de Republiek Indonesia" Karya Tan Malaka

25 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 25 Desember 2024   21:50 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ngomongin nama Tan Malaka, mungkin yang langsung kebayang itu sosok pejuang yang penuh dengan ide. Tapi jujur, pas baca bukunya yang berjudul "Naar de Republiek Indonesia", gua ngerasa kayak lagi ngobrol sama seseorang yang visioner yang keberaniannya jauh di depan zamannya. Buku ini bukan cuma sekadar manifesto politik, tapi juga semacam panduan buat generasi muda yang kepo gimana caranya membangun negara dengan otak yang kritis dan hati yang membara.

Pemahaman Radikal yang Relevan Buat Hari Ini

Pertama-tama, kita harus ngerti kalau Tan nulis buku ini di masa-masa kolonial, pas Indonesia masih jadi ladang eksploitasi Belanda. Tan dengan gamblang ngajak orang Indonesia buat mikir: "Eh, ini negara mau sampai kapan jadi jongos penjajah?" Salah satu kutipan yang bikin gua merinding adalah:

“Bangunlah sebuah negara dengan kepala yang cerdas, bukan dengan otot belaka. Karena hanya dengan ilmu dan kesadaran, kemerdekaan bisa bertahan selamanya.”

Kalau dipikir-pikir, relevansi ucapan ini gila banget. Di era sekarang, kita memang udah nggak dijajah secara fisik, tapi apa iya mentalitas kita udah sepenuhnya merdeka? Lihat aja gimana generasi muda sering kali terlalu fokus ke hal-hal konsumtif, kayak ngejar tren media sosial atau barang branded, tanpa sadar kita sebenernya masih "dijajah" sama kapitalisme global. Jadi, pesan Tan tentang pentingnya kesadaran ini masih cocok banget buat kita.

Visi Republik: Nggak Cuma Soal Kemerdekaan

Buku ini ngajarin bahwa perjuangan merdeka itu nggak berhenti di proklamasi. Tan Malaka nggak cuma mikirin gimana caranya Indonesia lepas dari Belanda, tapi juga ngebayangin republik yang adil dan makmur buat semua rakyatnya. Dia ngebahas soal ekonomi, pendidikan, dan keadilan sosial dengan cara yang lugas.

Contohnya, Tan bilang:

“Ekonomi rakyat harus menjadi tulang punggung republik. Tanpa kemandirian ekonomi, kita hanya akan menjadi boneka dari kekuatan asing.”

Sebagai anak muda, gua ngerasa ini adalah pengingat keras buat pemerintah dan kita semua. Masalah kayak ketergantungan sama utang luar negeri, impor pangan, sampai ketimpangan ekonomi yang makin parah tuh sebenernya udah dibahas sama Tan sejak lama. Jadi, kalau ada yang bilang ide-ide dia udah basi, itu karena kita yang nggak pernah belajar dari sejarah.

Bahasa dan Gaya Penyampaian yang Kuat

Meskipun buku ini ditulis dalam bahasa Belanda, semangat yang ditransfer Tan itu nggak main-main. Setiap paragraf di buku ini berasa kayak tamparan yang bikin kita mikir, "Kok dia bisa se-visioner itu?" Bukan cuma isinya, tapi gaya penyampaiannya yang tegas bikin kita ngerasa kalau Tan ini serius mau ngajak semua orang buat berubah.

Sebagai anak muda, gua ngerasa perlu banget belajar dari cara dia menyampaikan ide. Dia nggak pakai kata-kata yang bertele-tele atau basa-basi. Dia to the point, tapi tetap dengan argumen yang solid. Kalau kita mau gerakin perubahan, kita harus bisa punya keberanian dan kejelasan seperti Tan.

Tantangan Implementasi di Era Modern

Tapi, nggak bisa dipungkiri juga kalau beberapa gagasan Tan butuh penyesuaian di zaman sekarang. Misalnya, Tan sangat menekankan pada perjuangan kelas ala Marxisme. Di masa kolonial, ide ini mungkin relevan banget karena ketimpangan antara kaum pribumi dan penjajah sangat jelas. Tapi di era sekarang, tantangan kita lebih kompleks, dari krisis iklim sampai digitalisasi yang nggak merata.

Gua ngeliat kalau konsep republik yang ditekankan Tan harus diintegrasikan dengan visi keberlanjutan. Gimana caranya kita nggak cuma fokus ke pembangunan ekonomi, tapi juga menjaga alam dan memastikan generasi mendatang punya masa depan yang layak. Jadi, interpretasi modern dari gagasan Tan adalah menciptakan republik yang nggak cuma adil secara sosial, tapi juga ekologis.

Kenapa Anak Muda Harus Peduli?

Pertanyaannya sekarang: kenapa sih kita harus peduli sama ide-ide Tan Malaka? Gua tau, banyak anak muda yang mikir kalau politik itu ribet dan nggak relatable sama kehidupan sehari-hari. Tapi kalau kita mau jujur, semua hal yang kita alamin hari ini – dari harga kebutuhan pokok sampai kebijakan pendidikan bahkan soal masa depan – itu hasil dari keputusan politik.

Tan Malaka ngajarin kita untuk nggak apatis. Dia percaya kalau perubahan besar itu selalu dimulai dari kesadaran individu. Jadi, daripada cuma ngeluh di media sosial, kenapa nggak mulai ambil aksi nyata? Entah itu lewat gerakan lingkungan, pendidikan, atau apapun yang kita yakini bisa bikin dunia ini lebih baik.

Intisari

Buat pribadi gua, Naar de Republiek Indonesia adalah buku yang wajib dibaca sama siapa aja yang pengen ngerti apa artinya perjuangan yang sesungguhnya. Tan Malaka nggak cuma ngajarin kita buat merdeka dari penjajah, tapi juga dari kebodohan, ketidakadilan, dan ketergantungan. Pesan-pesannya nggak lekang oleh waktu dan justru makin relevan di era yang serba kompleks seperti saat ini.

Jadi, buat kalian yang ngerasa pengen jadi agen perubahan, coba deh baca buku ini. Siapa tau, kalian bisa dapet inspirasi untuk bikin gerakan baru yang nggak cuma keren, tapi juga impactful. Kayak kata Tan Malaka:

“Bergeraklah, karena diam adalah kematian bagi jiwa yang penuh semangat.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun