Mohon tunggu...
Moh Ikhsani
Moh Ikhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ketupat: Hidangan Khas Lebaran yang Memiliki Makna Filosofis

14 April 2023   15:37 Diperbarui: 14 April 2023   15:58 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan, umat muslim selanjutnya akan merayakan hari kemenangan. Hari Raya Idulfitri adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu bagi setiap umat muslim.

Selain menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, Hari Raya Idulfitri juga digunakan untuk saling bermaaf-maafan kepada antarsesama atas kesalahan yang pernah dilakukan.

Dalam perayaan Idulfitri atau Lebaran, terdapat sajian khas yang selalu ada saat perayaan itu berlangsung, seperti opor ayam, ketupat, sambal goreng kentang, hingga rendang.

Merayakan Lebaran bersama keluarga akan terasa kurang apabila tidak ada hidangan ketupat. Biasanya, mendekati Lebaran tiba, akan banyak pedagang yang menjual ketupat dengan harga yang beragam.

Pedagang menjualnya dalam dua pilihan. Ada yang menjual dalam bentuk sudah matang atau dapat langsung dikonsumsi dan ada juga yang menjual masih dalam bentuk anyaman.

Nah, bagi yang membeli dalam bentuk anyaman, berarti pembeli harus membuatnya sendiri dengan beras sendiri.

Ketupat atau kupat adalah hidangan pengganti nasi saat Lebaran yang terbuat dari beras yang direbus dengan cara dibungkus dalam anyaman daun kelapa muda atau janur.

Dalam sejarahnya, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu bagian dari Wali Sanga ketika berdakwah menyebarkan agama Islam di Jawa.

Ketupat sangat pas untuk disantap bersamaan dengan hidangan khas Lebaran seperti opor ayam. Ketupat memiliki rasa yang hampir sama seperti nasi biasa, hanya saja karena dibungkus dengan daun kelapa, membuat aromanya sedikit berbeda.

Di balik rasanya yang nikmat itu, ketupat ternyata memiliki makna filosofi yang sangat dalam. Ketupat dalam tradisi masyarakat Jawa memiliki arti "ngaku lepat" yang memiliki arti mengakui kesalahan.

Makna tersebut muncul karena setelah menjalankan serangkaian ibadah di bulan Ramadan, umat muslim akan saling bermaaf-maafan kepada keluarga, kerabat, dan teman atas segala kesalahan yang pernah dilakukan.

Hal tersebut dilakukan pada saat merayakan hari kemenangan atau saat Lebaran tiba, yang di mana ketupat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan Lebaran.

Bukan hanya itu, dikutip dari laman Historia.id, janur atau daun kelapa muda yang membungkus ketupat merupakan kependekan dari "jatining nur" yang berarti hari nurani.

Kemudian secara filosofis, beras yang dimasukkan ke anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi. Dengan demikian, bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

Itulah ketupat, di balik rasanya yang nikmat ternyata menyimpan sejarah dan makna yang begitu dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun