Mohon tunggu...
Moh Ikhsani
Moh Ikhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pergi ke Kota Pahlawan

12 Juli 2022   23:58 Diperbarui: 11 Oktober 2022   12:57 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: bobo.grid.id

Selama seminggu aku tak keluar rumah hingga ujian selesai. Setiap hari kuhabiskan waktuku membaca semua buku dan materi dari dosenku. Di posisiku yang sudah semester enam ini, aku ingin nilai-nilaiku semuanya tinggi.

Aku tinggal di Yogyakarta, kota yang istimewa bagiku. Di sana aku lahir dan kuliah, menuntut ilmu selama empat tahun hingga waktunya lulus. Aku ingin bahagiakan orang tuaku, berfoto bersama dengan toga yang menempel di kepala adalah impianku sejak dulu.

Hari Senin, dua pekan sebelum ujian akhir semester, aku pergi ke kampus untuk meminjam beberapa buku di perpustakaan.

Kukayuh sepedaku melewati jalanan kota di pagi hari yang macet dengan kendaraan hingga mengular sepanjang 5 km jauhnya. Mobil dan motor yang memenuhi jalanan pagi itu seperti mengepungku di tengah keramaian.

Dengan secepat kilat, aku mengayuh sepedaku meliuk-liuk seperti ular di tengah padatnya jalanan oleh banyaknya kendaraan. Aku pun sampai di kampus 20 menit kemudian, lebih lama dari dugaanku.

Aku langsung ke perpustakaan, mencari buku yang kucari untuk membantuku mengerjakan ujian, dan setelah kudapatkan, aku pulang masih dengan sepedaku.

Di tengah perjalanan pulang, aku melihat keramaian di depan salah satu mal yang kulewati. Karena penasaran, aku mendekat dan melihat apa yang terjadi.

Aku terkejut, melihat dua wanita berpakaian seksi yang memperlihatkan lekuk tubuhnya seperti gitar Spanyol sedang mempromosikan salah satu merek mobil keluaran terbaru.

Hanya sejenak melihat, aku langsung melanjutkan perjalanan hingga sampai rumah.

Ibuku sudah tidak bekerja, sakit kepalanya yang terkadang kambuh memaksanya harus pensiun dini sebagai seorang guru. Sementara ayahku masih banting tulang untuk menafkahi kami. Pekerjaannya sebagai karyawan di perusahaan minyak, membuatnya sering dikirim ke berbagai daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun