Mohon tunggu...
Moh R Gipinja
Moh R Gipinja Mohon Tunggu... Pelaut - kaurrenproggar Bekangdam

saya gemar membaca dan mempelajari hal baru terlebih hal-hal unik yang saya kira dapat menjadi sesuatu yang besar danbermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pengembangan Sumber Daya manusia Militer Menghadapi Potensi Perang Urban (Urban Warfare) di Indonesia

20 Oktober 2024   21:59 Diperbarui: 20 Oktober 2024   22:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan pertahanan militer diselenggarakan untuk menghadapi ancaman militer dengan TNI sebagai komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. 

Kebijakan pertahanan nirmiliter diselenggarakan untuk menghadapi ancaman nonmiliter dengan menempatkan kementerian/lembaga di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama sesuai dengan bidang dan bentuk ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur lain termasuk TNI dan Pemerintah Daerah yang menyangkut keamanan negara yang melibatkan seluruh komponen bangsa. 

Upaya mengatasi ancaman di atas harus diupayakan oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan dan kemampuan yang sesuai untuk mengkategorikan bentuk ancaman perang kota di dunia secara global dan regional yang menjadi dasar dalam pembuatan strategi pertahanan Negara.

Di Indonesia, tantangan ini makin signifikan karena kondisi geografis dan sosio-demografi yang unik. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) militer untuk siap menghadapi situasi Urban Warfare. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1. Pengembangan Mutu SDM

Untuk menghadapi Urban Warfare, SDM militer harus memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini tercermin dalam penelitian "Konsep Human Capital dalam Pola dan Strategi Kebijakan Pengembangan SDM Perwira TNI abad 21"Penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan mutu profesionalisme TNI AD dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia militer. 

Upaya ini meliputi pendidikan dan latihan yang lebih baik, penyempurnaan etos kerja, serta kepemimpinan yang efektif pada setiap lapisan jabatan menurut putro (2022) Atas dasar itu, kebijakan dan strategi SDM yang berkualitas didasari kesesuaian jabaran visi/misi dalam rangka mengatasi ancaman/konflik/pertikaian (ancaman aktual) sekaligus tujuan meningkatkan kualitas SDM/personel.

Khususnya, konsentrasi SDM yang dimaksud di bidang industri ipertahanan menjadi perhatian yang penting, strategis, dan serius dalam rangka menuju pertahanan yang tangguh sehingga layak untuk secara selektif diberdayakan atau ditingkatkan kualitasnya

2. Penerapan Konsep Human Capital Management

Konsep human capital management menjadi esensial dalam meningkatkan kinerja SDM militer. Menurut buku "Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Manajemen",penggunaan human capital management dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi SDM militer.

 Ini mencakup strategi rekrutmen personel yang berkualitas tinggi, pelatihan kontinu, dan pengembangan talenta individu menurut pantouw(2017)TNI sebagai kekuatan pertahanan di darat perlu terus menerus berubah dan menata diri untuk dapat menjawab tantangan di masa depan yang semakin kompleks. 

Menyikapi hal tersebut TNI merespons dengan melaksanakan perbaikan[1]perbaikan diantaranya sumber daya manusianya (Human Capital) melalui Pendidikan.

3. Transformasi dari Padat Manusia ke Padat Teknologi

Strategi transformasi dari padat manusia ke padat teknologi sangat penting dalam menghadapi Urban Warfare. Hal ini tercermin dalam "Postur Pertahanan Nasional Indonesia"Transformasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan SDM militer dengan mengintegrasikan teknologi modern dalam operasi militer. 

Contohnya, penggunaan drone dan sensor intelijen dapat meningkatkan visibilitas dan responsifitas pasukan militer.

4. Penataan Personel Secara Right Sizing

Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM militer, penting dilakukan penataan personel secara right sizing. Hal ini dimaksudkan agar distribusi SDM militer sesuai dengan kebutuhan wilayah-wilayah yang berbeda. 

Misalnya, penyebaran SDM militer dari Pulau Jawa ke daerah lain yang memiliki kekurangan SDM dapat meningkatkan kesempurnaan posisi pertahanan nasional Indonesia.Dari sisi SDM, Sebastian (2015) pencapaian dilaksanakan dengan menerapkan prinsip zero growth personnel (ZGP).

 Kebijakan ini secara sederhana dapat diartikan sebagai kebijakan tanpa penambahan kuantitas SDM atau dengan kata lain mempertahankan jumlah kekuatan yang adapenerapan kebijakan prinsip ZGP ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan SDM, menata kembali kekuatan yang ada, mengatur komposisi dan penggunaan SDM untuk jangka panjang dalam rangka menyeimbangkan antara jumlah SDM yang masuk dengan jumlah personel yang pensiun guna memelihara kekuatan.

5. Integrasi Industri Pertahanan dan Teknologi Modern

Untuk meningkatkan kinerja SDM militer, integrasi industri pertahanan dan teknologi modern sangat dibutuhkan. Menurut "Peningkatan SDM Pertahanan Indonesia", industri pertahanan harus dipenuhi untuk tersedianya teknologi senjata yang efektif. 

Sejalan dengan almubaroq(2024) Integrasi ini tidak hanya meningkatkan kinerja alutsista tetapi juga meningkatkan profesionalisme SDM militer menurut Widodo (2024) Melihat Ancaman Perang Modern dimasa depan yang sangat kompleks dan trend technology mengenai Autonomous Weapon, Maka Indonesia harus mempersiapkan sebuah senjata yang bersifat Precisionn dan Autonomous, maka pengembangan Kamikaze Drone sangatlah diperlukan guna menghadapi ancaman perang modern di masa depan. 

ditambah strategy perang perkotaan (Urban Warfare) yang mengharuskan senjata bersifat precision. Dalam mengembangan teknologi terbaru, maka diperlukan Analisa terkait kesiapan teknologi. 

Maka pada makalah ini akan menjelaskan terkait Technology Readiness Level (TRL) pada Kamikaze Drone. Sehingga ini menjadi tolak ukur kita dalam mengembangkan Teknologi Autonomous Weapon, sudah sejauh mana kesiapan kita dalam mengembangkan teknologi tersebut. 

Dengan adanya tulisan diharapkan dapat menjadu masukan bagi pihakpihak pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, User dalam hal ini TNI, Industri Pertahanan Nasional serta Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan termasuk Universitas. Sehingga akan terciptanya kemandirian nasional dalam penguasaan teknologi autonomous weapon .

6. Budaya Organisasional Inovatif

Budaya organisasional inovatif merupakan faktor penting dalam menghadapi dinamika pasar dan persaingan global. Budaya ini mendorong individu untuk belajar, meningkatkan kinerja, dan berkontribusi maksimal pada tujuan organisasi. 

Ini tercermin dalam buku “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Manajemen” bahwa budaya organisasi yang mendukung pertumbuhan individu menjadi fondasi kokoh bagi implementasi program pengembangan SDM sukses dan berkelanjutan Jurnal The Role of Military Leadership in Shaping Innovative Personnel Behaviour: The Case of the Lithuanian Armed Forces (Šimanauskienė et al., 2021) meneliti peran Military Leadership  dalam membentuk perilaku personel yang inovatif di Angkatan Bersenjata Lithuania. 

Hasil menunjukkan dukungan untuk inovasi, pendelegasian, stimulasi intelektual, dan penghargaan dari pemimpin berpengaruh signifikan terhadap perilaku inovatif. 

Pemimpin level atas dan menengah juga ditemukan memiliki pengaruh berbeda terhadap perilaku inovatif bawahannya selain itu dalam jurnal ini juga menyebutkan penelitian hanya menguji sebagian kecil faktor pembentuk perilaku inovatif dan belum mengeksplorasi variabel lain seperti budaya organisasi.

Penelitian tentang perilaku kerja inovatif terus berkembang dengan mengeksplorasi berbagai anteseden dan konsekuensinya. Misalnya, kepemimpinan transformasional (Afsar et al., 2014), keterlibatan kerja (Park et al., 2016), dan budaya organisasi yang mendukung inovasi (Hogan & Coote, 2014) ditemukan sebagai faktor yang mendorong perilaku kerja inovatif.


Kesimpulan:

Menghadapi potensi Urban Warfare di Indonesia menuntut strategi pengembangan SDM militer yang holistik, meliputi berbagai aspek mulai dari peningkatan kualitas personel hingga penguasaan teknologi modern. 

Pengembangan mutu SDM militer harus difokuskan pada peningkatan profesionalisme melalui pendidikan dan pelatihan yang terus menerus, dengan mengadopsi konsep Human Capital Management yang efektif. 

Transformasi militer dari padat manusia ke padat teknologi sangat krusial, khususnya dalam memanfaatkan teknologi seperti drone dan sistem senjata otonom yang presisi guna meningkatkan kemampuan tempur di medan perkotaan. 

Selain itu, penataan personel secara tepat melalui prinsip "right sizing" memastikan distribusi SDM sesuai kebutuhan wilayah, sambil menjaga keseimbangan antara jumlah personel yang masuk dan keluar. 

Integrasi antara industri pertahanan nasional dan teknologi modern juga menjadi elemen kunci dalam meningkatkan profesionalisme serta kesiapan alutsista militer. Lebih jauh lagi, budaya organisasi yang inovatif, didukung oleh kepemimpinan militer yang mendorong kreativitas dan perilaku inovatif, akan menjadi fondasi penting bagi keberhasilan adaptasi terhadap dinamika ancaman perang modern. 

Dengan demikian, strategi yang terpadu antara pengembangan SDM, teknologi, dan budaya organisasi akan mempersiapkan militer Indonesia secara optimal untuk menghadapi tantangan Urban Warfare yang semakin kompleks di masa depan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun