Mohon tunggu...
Mohammad Yayat
Mohammad Yayat Mohon Tunggu... ASN -

penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Loper Cilik Itu Kembali Menyapaku

16 Oktober 2017   15:38 Diperbarui: 16 Oktober 2017   20:02 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar diambil dari bersamaislam.com

Rabu, 04 Oktober 2017.

Saat itu sore menjelang dan jam pulang kerja pun sudah tiba, pukul 16.00 WIB kami pulang biasanya didahului dengan rutinitas Apel Sore yang menandakan kegiatan sudah berakhir dan masing-masing pegawai sudah boleh kembali ke rumahnya masing-masing.

Begitu selesai Apel, langsung kupacu motorku melesat menuju ke rumah, karena lagi hangat-hangatnya punya bayi maka aku tidak ingin ketinggalan momen-momen ia menuju dewasa, karena momen ini tak akan terulang lagi, maka semaksimalkan mungkin aku ingin selalu dekat denganmu, Byan.


Hingga tiba di perempatan lampu merah daerah Batu 6 (di tempatku nama daerah lebih dikenali dibanding nama jalan), dan istilah Batu mungkin merujuk pada Kilometer... Entahlah yang jelas istilah Batu memang lebih populer dan sudah ada sejak aku kecil bahkan sebelum lahir, Jadi berhentilah aku di persimpangan Kilometer 6.

Melamunku sebentar menjelang kepulangan aku di rumah, ingin membawa makanan untuk istriku di rumah. Belum sempat terbayang makanan apa yang ingin kubeli, tiba-tiba lamunanku terbuyarkan dengan suara anak kecil.
"Om boleh numpang ?" Anak itu bertanya pelan kepadaku.
Aku kembali teringat bocah yang berjual koran pada malam waktu itu hampir setahun yang lalu. Kisah bocah tersebut ditulis disini (Sebuah Pelajaran Berharga tentang Hidup dari Seorang Loper Cilik), sebaiknya dibaca dahulu kisah yang lalu agar dapat diambil hikmahnya dari kedua kisah ini.
Berharap ia yang kembali menyapaku.... ternyata bukan.

"Mau kemana dek ?" Tanyaku keheranan.
"Ke depan Om Batu 8 (Kilometer 8) dekat lampu merah" jawab ia memelas.
"Oh iya sekalian aja..." Belum sempat aku menyelesaikan kata disergahnya lagi "Sebenarnya mau Ke Toko Buku depan om..."
"Oooh tak apalah naik sekalian memang mau lewat sana kok" jawabku.

Lokasi Toko Buku berada di Batu 9, berarti tidak jauh dari tujuan awal anak itu.

Seperti anak yang dahulu aku tumpangi, pertanyaan yang kutanyakan juga hampir sama persis.

"Tak sekolah dek ?" Mulai membuka obrolan.
"Tak om" jawabnya.


"Ooh lagi libur apa dah balek sekolah ?" Kembali ku berharap bahwa anak ini masih bersekolah.
"Tak lah om kami dah berhenti kelas 1 (SMP) kemaren" jawab anak itu santai.

"Orang tua tak marah tak sekolah?" Tanyaku keheranan.
"Orang tua kami dah tak ada, dah lama ninggalkan kami sejak kecil, mamak kami kabur om" jawab ia polos.

Sedih rasanya mendengar jawaban anak kecil ini..

"Terus bapak mana dek ?" Tanyaku lagi padanya.
"Bapak jg dah meninggal setahun lalu, sejak itulah kami berhenti sekolah" Jawabnya santai.

"Kami dulu tinggal di depan K*C batu 9 situ gubuk om, sejak bapak tak ada kami numpang sama kawan"

"Kawannya sekolah ?" Sergahku..
"Enggak juga om dia tinggal sama orang tuanya nge kos gak jauh dari batu 6 tadi om disitulah kami tinggal" jawabnya.

Kemudian seakan teringat kembali dengan Loper Cilik penjual Koran yang lalu, maka pertanyaan saya selanjutnya ialah mengenai cita-cita dan keinginannya, kemudian ia berkisah tentang itu..

"Kami ada niat mau sekolah lagi om tapi keknya mau ambil paket aja disini, kemaren dah agak lama ada ibu-ibu nawarin mau lanjut sekolah tak, kami mau aja, abis tu tak datang lagi ibuk tu" semangat ia bercerita.

Ah, jangankan dia, aku juga berharap Ibu itu kembali ingat apa yang telah ditawarkannya dan datang lagi pada anak ini, agar penawaran ibu itu tidak terus terngiang di kepalanya, tentu saja anak ini juga berharap dari apa yang pernah Ibu itu tawarkan dan bahkan mungkin lebih.

Berbeda dengan anak kemarin lalu, Anak ini lebih memilih untuk melanjutkan sekolahnya meskipun harus sambil berjualan Koran.

Bertanya ku lagi padanya "Jual Koran berapa dapatnya dek?"

"Sekitar 20-30 ribu om, kalau rajin bisa sampai 60 ribu sehari om, ni kami baru pindah jual Koran, katanya Koran yang ini lebih banyak dapatnya om daripada Koran yang kemaren saya jual om" jawabnya.

"Paling Sedikit berapa dan Paling Banyak berapa dapatnya dek ?" Tanyaku antusias, karena Loper Cilik yang dulu tak sempat aku menanyakan ini.

"Pernah kami dapat hampir 1 Juta om, tapi kalau paling sikit 300 ribu tu dapat om, belum tambah bonus kalau korannya habis om, cukuplah om dapat kami tabung sikit-sikit" jawab ia bersemangat.

Hmmm, Pantas saja banyak Loper-loper cilik ini berkeliaran di jalan, padahal tak seharusnya mereka berada di sana, dengan diiming-imingi uang yang lumayan besar utuk ukuran anak kecil yang memang berasal dari keluarga yang kurang beruntung, pasti tertarik untuk memperjualkan koran-koran ini.

Anehnya, tak ada sedikitpun keluhan dari Loper Cilik ini ia begitu bersemangat untuk menjual Koran dan menyambung pendidikannya, ironis memang dengan kita yang masih saja berkeluh kesah dengan rezeki yang jauh lebih besar telah diberikan Allah kepada kita masih merasa kurang dan mengeluh dengan pekerjaan yang dijalani.

Terakhir menjelang sampai di tempat tujuan, aku menanyakan namanya.

"Aidil om" jawabnya.

Kemudian kuturunkan ia, dan sedikit memberinya sagu hati berdua dengan teman yang telah menunggunya disitu, dan aku bertanya "Kira-kira kita bisa gak jumpa lagi ? sekalian cerita-cerita."

"Insya Allah jumpa om" jawabnya.

Terakhir sebelum berpisah, kuberikan janji padanya...

"Nanti kalau kita jumpa lagi janji Aidil udah harus sekolah ya"

"Oke om Aidil janji, makasih banyak ya om" tersenyum ia menjawab janjiku.

Lega rasanya, entah kenapa Plong aja rasanya setelah mendengar janji yang diucapkan Aidil, Si Loper Cilik yang mempunyai semangat untuk kembali ke bangku sekolah.

Aidil...

Semoga Kelak saat kita berjumpa lagi engkau memang sudah benar-benar merasakan bangku sekolah dan memakai seragam mu kembali nak.

Jalanan bukan tempatmu, kembalilah nak, kembalilah ke tempat dimana engkau seharusnya berada, ke tempatmu yang masih dipenuhi canda tawa bukan peluh keringat seperti ini.

* Penulis Percaya Tidak ada yang kebetulan, dari perjumpaan pertama dengan Loper Cilik di malam itu, Hingga berjumpa kembali dengan Loper Cilik lainnya Sore Kemarin, serta Laporan Akhir/Skripsi Penulis semasa Kuliah pun berjudul "Strategi Dinas Sosial dalam Penanganan Anak Jalanan dan Gelandangan di Kota Tanjungpinang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun