Mohon tunggu...
Mohammad Yayat
Mohammad Yayat Mohon Tunggu... ASN -

penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Melintasi Tanah Sumatera Utara (1)

6 Juli 2017   11:56 Diperbarui: 6 Juli 2017   15:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sudah jam 1 malam, kok belum sampai juga, semua bertanya-tanya dan rombongan berhenti di SPBU. setelah dibuka google maps ternyata Medan masih 120km lagi sekitar 3 jam-an. aduh meleset semua perkiraan orang-orang.

Hingga akhirnya, bertepatan dengan azan subuh kami sampai di Kota Medan. dan di tengah capek, lemas dan ngantuknya mata ada insiden terjadi yaitu hotel yang dibooking melalui aplikasi ternyata liftnya sedang rusak dan posisi kamar rombongan berada di lantai 6 ! gila ini hotel mau membunuh orang-orang udah capek begini barang banyak lagi, maka kami putuskan untuk bergegas pergi dan mencari hotel yang lain.

hingga matahari naik jam 7 pagi, kami baru mendapatkan hotel untuk diinapi hanya sampai jam 12 siang karena harus kembali melanjutkan perjalanan ke Berastagi. menjelang sore kami keliling Kota Medan ke Istana Maimun dan Mesjid Al-Mashud, haripun tampaknya sudah terlalu sore maka kami putuskan menginap di Medan lagi yang direncana awal menginap di Berastagi dan waktu luang ini pun saya gunakan untuk bertemu kembali dengan kawan sekolah dulu yang kini kuliah dan kerja di Medan.

------

Keesokan Harinya, pagi-pagi sekali kami sudah berangkat ke Berastagi guna menghindari macet karena menurut info daerah Berastagi kemarin macet total, mudah-mudahan saja kami tidak termasuk dalam rombongan yang terkena macet. untungnya perjalanan hari itu lancar sedikit saja tersendat-sendat, dan siang harinya rombongan sudah sampai di Berastagi. sampailah kami di Bukit Kubu yang menyajikan pemandangan super-super luas berwarna kehijauan, dengan biaya masuk 150rb/mobil plus bonus tikar dan layang-layang, ya layang-layang untuk bermain layangan, benar-benar ide yang jenius.

salah satu ponakan berkuda| Dok pri
salah satu ponakan berkuda| Dok pri
Pemandangan yang tampak di belakang gambar kuda itu hanya segelintir dari luasnya padang rumput, dengan keadaan yang luas itu maka mulailah kami mencari tempat berteduh di bawah pohon dengan memakai tikar yang telah diberikan di pintu masuk dan kemudian menurunkan bekal-bekal. setelah semua peralatan dan perlengkapan diturunkan maka langsung saja tanpa dikomandoi anak-anak serta orangtuanya bermain layangan seperti bernostalgia dengan masa kecilnya dahulu, ah asyik sekali ! benar-benar seperti bertamasya di acara-acara televisi hahaha dan sekaligus sebagai pembelajaran untuk anak-anak zaman sekarang yang hanya duduk diam di dalam rumah sambil memasang mata di depan gadget.

rileksnya badan dan pikiran di bawah teduhnya pohon dan padang rumput luas berwarna hijau melupakan sejenak permasalahan hidup dan segala hiruk-pikuknya, rasanya ingin berucap "nikmat mana lagi yang mau kau dustakan?" orang kota mencari kebahagiaan hanya dengan cara seperti ini, sedangkan 'mereka' sudah sangat terbiasa berbaring di rumput di bawah pohon dan itu sama sekali tidak membuat orang-orang di pedesaan bahagia.

Manusia itu unik ya, selalu ingin mencoba menjadi orang lain.

------

Bersambung ke sini.... Melintasi Tanah Sumatera Utara (2-Habis)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun