Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah mohon maaf lahir dan bathin, eh belum terlambat kan ?
sepertinya belum, tapi kalau permintaan maaf rasanya tidak ada kata terlambat kapanpun waktunya.
Lebaran kali ini berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya.
karena kali ini saya sudah berkeluarga, hehehe.
jadi tentu saja pengalaman baru saya dapatkan di tahun ini yaitu, mudik (yaelah mudik mah biasa banget keleeeuuss)
mungkin untuk orang-orang tertentu dan sudah berkeluarga mudik menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi tradisi, namun bagi saya hal ini benar-benar baru dan mungkin sebuah pengalaman yang asik.
eh iya mudiknya anak pulang kuliah tentu saja berbeda dengan mudik berkeluarga, kalau mudik waktu kuliah 4 tahun sudah dirasakan.
Ada tantangan tersendiri ketika mudik ke kampung pasangan.
karena ini untuk pertama kali maka akan ada akulturasi budaya yang bercampur dan kemungkinan berbeda di tiap momen-momen idul fitri.
untuk kampung halaman istri saya berada di Pekanbaru, Riau.
Suasana tergambar lumayan asik karena keluarga istri saya merupakan keluarga besar, maka pastilah heboh apabila mereka semua berkumpul. berbagai menu masakan disajikan dari menu paling wajib yaitu ketupat, rendang, ayam gulai, soto, sate, dan berbagai macam rupa lainnya yang kesemuanya saya cicipi satu-persatu ah seperti anak kecil saja yang ingin mencoba semuanya.
setelah sesi bermaaf-maafan dan bermakan-makan selesai maka tibalah kami semua berkumpul di ruang keluarga menanyakan dan mengajak untuk berlibur. woow kegirangan saya di dalam hati rasanya memang inilah saat paling pantas keluar dari rutinitas sejenak.
ada yang menawarkan ke Sumatera Barat, namun bagi orang Riau ke Sumatera Barat adalah hal yang sangat lazim tidak perlu menunggu hingga hari raya baru bisa berlibur kesana, tiap weekend pun bisa begitu pikir mereka, apalagi ini hari raya pasti jalanan macet sekali.
------
Setelah perundingan alot, maka diputuskanlah pergi ke Medan, Sumatera Utara.
waw kaget saya di dalam benak pikiran Medan tentu akan jauh sekali, maka saya buka google maps menghitung waktu tempuh dari Pekanbaru ke Medan dan didapatlah hasil 14 jam 50 menit sekian, 15 jam berarti ini. bukan masalah jika semua keadaan normal. namun kali ini saya membawa istri yang sedang mengandung anak pertama kami di usia kandungan 7 bulan lebih.
yang lain coba menenangkan Insya Allah istri akan baik-baik saja kan kita jalannya pelan-pelan enjoy aja.
terdiam dan merenung sejenak, galau antara lanjut atau tidak, halah udah seperti orang pacaran aja nih.Â
Oke, kemudian saya putuskan ikut saja toh semua kehendak sudah diatur oleh Allah SWT.
maka di hari raya ketiga tepatnya Selasa 27 Juli perjalanan dimulai.
iring-iringan pun sudah disiapkan, dengan perkiraan jika berangkat pagi berarti tengah malam sudah sampai di Medan.
bismillahirrohmanirrahim...
perjalanan pun dimulai, dan ini benar-benar menjadi sebuah penglaman baru bagi saya melintasi Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di wilayah Sumatera, karena saya terbiasa AKAP di Pulau Jawa, Jakarta-Jogja maupun yang dekat saja Jakarta-Garut.
karena ini Sumatera tentunya berbeda pemandangan yang didapat dengan di Jawa.
Perjalanan Pergi melewati lintas timur, dengan jalan yang tinggi dan berkelok-kelok menurut saya ini sudah berbahaya karenameskipun siang hari kiri-kanan yang saya liat hanya jurang dan tanpa pembatas jalan, gila ini orang-orang disini begitu ujar saya dalam hati.
Singgah sebentar di rumah saudara daerah Kandis lanjut melewati Duri, Bengkalis kemudian lanjut ke Bagan Batu, Rokan Hilir. kalau di Pulau Jawa ada namanya Cikampek di Sumatera juga ada namanya Cikampak hahaha identik ya.
Sepanjang perjalanan gersang yang saya liat di kiri dan kanan berdebu, mungkin karena jalan lintas makanya banyak debu pikir saya dan sepi juga mungkin karena lagi hari raya.
Hari menjelang malam dan kami sudah tiba di Rantau Prapat, Sumatera Utara. lega rasanya mendengar nama Sumatera Utara berarti sudah tidak lama, dan ditambah lagi perkiraan mereka paling sekitar 3-4 jam lagi sudah sampai di Medan..
terbayang di benak saya, berarti sekitar jam 10-11 malam sudah bisa baring di hotel daerah Kota Medan.
maka berhentilah kami sekitar jam 9 makan mie aceh, hahaha agak aneh sih kenapa malah makan mie aceh.
Sekitar jam 10 malam perjalanan dilanjutkan kembali, dalam hati ah tidak lama lagi ini sampai.
bergantian kini saya yang mengendarai mobil. karena mata masih segar setelah dihantam kopi gayo di rumah makan mie aceh tadi hahaha
serasa pergi ke Aceh bukan ke Medan.
sudah jam 1 malam, kok belum sampai juga, semua bertanya-tanya dan rombongan berhenti di SPBU. setelah dibuka google maps ternyata Medan masih 120km lagi sekitar 3 jam-an. aduh meleset semua perkiraan orang-orang.
Hingga akhirnya, bertepatan dengan azan subuh kami sampai di Kota Medan. dan di tengah capek, lemas dan ngantuknya mata ada insiden terjadi yaitu hotel yang dibooking melalui aplikasi ternyata liftnya sedang rusak dan posisi kamar rombongan berada di lantai 6 ! gila ini hotel mau membunuh orang-orang udah capek begini barang banyak lagi, maka kami putuskan untuk bergegas pergi dan mencari hotel yang lain.
hingga matahari naik jam 7 pagi, kami baru mendapatkan hotel untuk diinapi hanya sampai jam 12 siang karena harus kembali melanjutkan perjalanan ke Berastagi. menjelang sore kami keliling Kota Medan ke Istana Maimun dan Mesjid Al-Mashud, haripun tampaknya sudah terlalu sore maka kami putuskan menginap di Medan lagi yang direncana awal menginap di Berastagi dan waktu luang ini pun saya gunakan untuk bertemu kembali dengan kawan sekolah dulu yang kini kuliah dan kerja di Medan.
------
Keesokan Harinya, pagi-pagi sekali kami sudah berangkat ke Berastagi guna menghindari macet karena menurut info daerah Berastagi kemarin macet total, mudah-mudahan saja kami tidak termasuk dalam rombongan yang terkena macet. untungnya perjalanan hari itu lancar sedikit saja tersendat-sendat, dan siang harinya rombongan sudah sampai di Berastagi. sampailah kami di Bukit Kubu yang menyajikan pemandangan super-super luas berwarna kehijauan, dengan biaya masuk 150rb/mobil plus bonus tikar dan layang-layang, ya layang-layang untuk bermain layangan, benar-benar ide yang jenius.
rileksnya badan dan pikiran di bawah teduhnya pohon dan padang rumput luas berwarna hijau melupakan sejenak permasalahan hidup dan segala hiruk-pikuknya, rasanya ingin berucap "nikmat mana lagi yang mau kau dustakan?" orang kota mencari kebahagiaan hanya dengan cara seperti ini, sedangkan 'mereka' sudah sangat terbiasa berbaring di rumput di bawah pohon dan itu sama sekali tidak membuat orang-orang di pedesaan bahagia.
Manusia itu unik ya, selalu ingin mencoba menjadi orang lain.
------
Bersambung ke sini.... Melintasi Tanah Sumatera Utara (2-Habis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H