Tapi sesungguhnya Vardy bukan satu-satunya pemain yang pernah dibuang sebelum di Leicester City.
Robert Huth dulu dijual Chelsea karena dianggap kalah kualitas dibanding John Terry, William Gallas, dan Ricardo Carvalho.
Kontrak Marc Albrighton tidak diperpanjang Aston Villa karena dianggap dirinya hanya bisa melepas umpan silang tanpa dilengkapi kemampuan lain.
Kasper Schmeichel selalu hidup di bawah nama besar sang ayah Peter Schmeichel dan ketika dulu ia gagal mendapatkan tempat utama di bawah mistar gawang Manchester City, seketika ia dianggap hanya bermodal nama belakang saja.
Jebolan akademi Manchester United, Danny Drinkwater, tidak pernah bermain sekalipun untuk "Setan Merah" dan dijual keluar dari Old Trafford setelah melewati bertahun-tahun masa pinjaman di beberapa klub.
Danny Simpson bernasib lebih baik karena pernah 3 kali bermain untuk Man United di liga, tapi pada akhirnya juga dianggap tidak cukup bagus dan terpaksa hengkang.
Riyad Mahrez? Jika memang ia dulu dianggap pemain penting, mana mungkin dirinya hanya dihargai 400.000 poundsterling (lebih kecil dari gaji Wayne Rooney 2 minggu) ketika dilepas oleh Le Havre?.
Kumpulan pemain terbuang di Leicester City itu sekarang sedang menertawakan para pencibirnya. Kita pun ikut tertawa karena membungkam mereka yang mencibir adalah hal yang menyenangkan.
Begitupun saya yang sedang menertawakan pembaca yang menyatakan saya orang yang baru kenal dengan sepakbola, ingatkah fans Manchester United dengan Jesper Blomqvist ? atau fans Machester City dengan Paul Dickov, Alf-Inge Haaland ? atau Ray Parlour nya Arsenal ? atau Graeme Le Saux bek Chelsea ? Ah sudahlah mungkin harus mengkoreksi diri lagi.
Kembali ke bahasan....
Masih jauh jalan Leicester untuk menjadi tim besar, biarlah tim ini berjalan perlahan dan stabil dulu di papan atas, biarlah perjalanan Leicester ini dikenang sebagai sebuah perjuangan dari tim semenjana menjadi tim besar yang melewati proses dan tidak instan seperti takeover oleh pengusaha kaya.