[caption caption="Ranieri mampu memberikan harapan"][/caption]Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri sebagai penikmat bola, bukan fans sepakbola ataupun pengamat sepakbola, bagi saya menonton sepakbola itu adalah sebuah kenikmatan luar biasa tak peduli apa pun tim yang sedang bertanding selalu ada alasan saya untuk mendukung salah satu tim entah karena itu tim kecil yang sedang berjuang lolos dari degradasi ataupun tim yang sedang berjuang masuk ke liga champions ataupun perebutan juara liga yang pada intinya saya senang melihat tim yang bekerja keras.
dan jika ada yang menganggap saya adalah fans karbitan mungkin mereka tidak kenal dengan Tim Flowers, sang kapten Muzzy Izzet, Matt Holland, Gary Taggart bahkan kalau tidak mengenal Emile Heskey muda di Leicester sungguh mereka yang harus mengoreksi diri mengenai dunia sepakbola.
Leicester City...
Nama ini begitu mendengung akhir-akhir ini, setahun sebelumnya siapa yang peduli dengan tim ini, tim yang di bulan April tahun lalu masih berada di dasar klasemen, sebelum Claudio Ranieri datang sebagai juru selamat yang itupun masih dianggap sebagai kebetulan belaka, sebelum sampai sejauh ini bahkan tak ada yang mengira Leicester City mampu berbicara banyak.
Apa yang dilalui oleh Claudio Ranieri selama ini yang dikenal sebagai Mr. Runner-up karena selalu berada di posisi yang selalu 'hampir' juara entah itu bersama Chelsea, AS Roma, Juventus bahkan Monaco, Ranieri selalu 'hampir' juara.
Musim ini belum berakhir namun saya rasa anda juga sependapat dengan saya entah tanpa didasari kesukaan pada Leicester City atau tidak, saya yakin anda ingin melihat Leicester juara begitupun saya.
Rasa saling memiliki klub ini sangat kuat, entah itu sebagai fans ataupun bukan, bahkan sempat ada terdengar di telinga saya fans dari Arsenal, tidak masalah Leicester juara asal jgn Tottenham, begitupun dengan fans Machester United, lebih baik Leicester yang juara daripada harus direbut Manchester City, kami ikhlas Leicester juara.
Tak peduli tim mana pun yang anda dukung, anda pasti ingin melihat Leicester juara !Â
Karena Leicester adalah lambang ketidakberdayaan, karena Leicester telah memberikan arti yang sebenarnya bermain sepakbola, tanpa uang yang banyak pun semua orang punya kesempatan untuk juara. Leicester adalah lambang dari kerja keras, semangat, dan rasa saling percaya. Lihat betapa percayanya Leicester dengan pemain-pemain yang tidak diterima oleh klub terdahulunya bahkan bisa dibilang pemain terbuang.
Sedikit mengutip tulisan dari Kolumnis Detik Pangeran Siahaan dengan diubah seperlunya :
Lihat bagaimana Jamie Vardy dilepas oleh Sheffield Wednesday pada usia 16 tahun karena dianggap tidak cukup bagus dan akibatnya harus bermain di klub amatir Stocksbridge Park Steels.
Tapi sesungguhnya Vardy bukan satu-satunya pemain yang pernah dibuang sebelum di Leicester City.
Robert Huth dulu dijual Chelsea karena dianggap kalah kualitas dibanding John Terry, William Gallas, dan Ricardo Carvalho.
Kontrak Marc Albrighton tidak diperpanjang Aston Villa karena dianggap dirinya hanya bisa melepas umpan silang tanpa dilengkapi kemampuan lain.
Kasper Schmeichel selalu hidup di bawah nama besar sang ayah Peter Schmeichel dan ketika dulu ia gagal mendapatkan tempat utama di bawah mistar gawang Manchester City, seketika ia dianggap hanya bermodal nama belakang saja.
Jebolan akademi Manchester United, Danny Drinkwater, tidak pernah bermain sekalipun untuk "Setan Merah" dan dijual keluar dari Old Trafford setelah melewati bertahun-tahun masa pinjaman di beberapa klub.
Danny Simpson bernasib lebih baik karena pernah 3 kali bermain untuk Man United di liga, tapi pada akhirnya juga dianggap tidak cukup bagus dan terpaksa hengkang.
Riyad Mahrez? Jika memang ia dulu dianggap pemain penting, mana mungkin dirinya hanya dihargai 400.000 poundsterling (lebih kecil dari gaji Wayne Rooney 2 minggu) ketika dilepas oleh Le Havre?.
Kumpulan pemain terbuang di Leicester City itu sekarang sedang menertawakan para pencibirnya. Kita pun ikut tertawa karena membungkam mereka yang mencibir adalah hal yang menyenangkan.
Begitupun saya yang sedang menertawakan pembaca yang menyatakan saya orang yang baru kenal dengan sepakbola, ingatkah fans Manchester United dengan Jesper Blomqvist ? atau fans Machester City dengan Paul Dickov, Alf-Inge Haaland ? atau Ray Parlour nya Arsenal ? atau Graeme Le Saux bek Chelsea ? Ah sudahlah mungkin harus mengkoreksi diri lagi.
Kembali ke bahasan....
Masih jauh jalan Leicester untuk menjadi tim besar, biarlah tim ini berjalan perlahan dan stabil dulu di papan atas, biarlah perjalanan Leicester ini dikenang sebagai sebuah perjuangan dari tim semenjana menjadi tim besar yang melewati proses dan tidak instan seperti takeover oleh pengusaha kaya.
Selama ini yang bisa bertakhta di Premier League hanyalah wajah-wajah lama. Jikalau ada wajah baru, pastilah dengan dukungan dana tak terbatas seperti Manchester City. Leicester menjadi perwujudan usaha untuk meruntuhkan hegemoni.
Tentu saja elit-elit Liga Inggris sedang kebakaran jenggot sekarang melihat bagaimana klub biasa dari daerah seperti Leicester bisa mengangkangi mereka yang berdarah aristokrat. Tentu saja para elit sepakbola ini akan berupaya untuk menggoyang singgasana pimpinan klasemen yang dianggap kampungan seperti Leicester. Segala cara akan ditempuh termasuk taktik klasik membujuk pemain lawan di bursa transfer.
Inilah mengapa Leicester City harus mendapat dukungan, tak peduli apa klub sepakbola favorit anda, karena Leicester City adalah lambang kerja keras, semangat dan rasa saling percaya ! Semoga ini bukan one season wonder. Amiin :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H