Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Susah Menertawakan Lelucon yang Sama, Tidak untuk Kesedihan

4 Mei 2023   17:19 Diperbarui: 4 Mei 2023   17:19 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miniatur Charlie Chaplin. (Unsplash.com/Edo Nugroho)


Sedih itu sangat kuat

Hukum alam berkata bahwa kesedihan punya dampak yang lebih dahsyat, meskipun hanya sebuah, daripada lelucon.

Lelucon mudah lenyap dan bisa basi, tetapi kesedihan cenderung mengakar dan teringat sampai mati, sekalipun hanya satu masalah.

Saking kuatnya kesedihan atas masalah yang sama, banyak yang mengalami gangguan pada kesehatan mental seseorang.

Akhirnya, banyak yang akhirnya menjadi menyimpan dendam, trust issue, hingga mengalami depresi, bahkan bunuh diri.

Susah untuk move on juga efek domino dari kesedihan yang ditangisi berulang kali, saking kuatnya efek kesedihan itu.


Biarkan reda
Hujan tidak bisa ditahan apalagi dimanipulasi, kalau ingin turun, itu memang ketetapan-Nya, nanti akan reda dengan sendirinya.

Begitu juga dengan kesedihan, ia tidak bisa dihentikan, biarkan ia akan reda dengan sendirinya sampai merasa lega.

Memaksanya berhenti tidak akan membuat luka akan reda, justru semakin sakit dan semakin menyesakkan dada.

Sekalipun bertahan lama, di dunia ini berlaku segalanya tidak ada yang abadi, termasuk kesedihan yang umurnya jauh lebih panjang dan efeknya lebih dahsyat daripada lelucon.

Biarkan seseorang menangisi masalah yang sama, suatu saat nanti dia akan bisa kuat dengan caranya sendiri, entah berdamai atau melupakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun