Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Susah Menertawakan Lelucon yang Sama, Tidak untuk Kesedihan

4 Mei 2023   17:19 Diperbarui: 4 Mei 2023   17:19 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miniatur Charlie Chaplin. (Unsplash.com/Edo Nugroho)

"Jika Anda tidak bisa menertawakan lelucon yang sama berulang-ulang, mengapa Anda menangis berulang kali atas masalah yang sama?"

Siapa yang kenal kalimat ini? Ya, ini adalah ungkapan yang dilontarkan dari Charlie Chaplin, komedian legendaris asal Inggris.

Meskipun seorang komedian, rupanya Charlie Chaplin selalu melontarkan kata-kata bijak yang penuh renungan.

Banyak yang menganggap quote tersebut adalah motivasi untuk berhenti menangisi hal yang sama dan segera bangkit.

Mereka kemudian memaksa diri untuk berhenti menangis dan segera move on, sementara hati masih terluka.

Namun, ada sisi unik yang bisa diulas dari ujaran tersebut secara pemikiran yang mendalam fenomena tersebut.


Menangisi masalah yang sama

Mengapa manusia cenderung mudah untuk menangisi satu masalah yang sama daripada satu lelucon yang sama?

Pertama, kelemahan dari lelucon adalah sifat dan energinya yang tidak bertahan lama, selain itu lelucon kurang bisa mengakar kuat di benak.

Sehingga, jika ada orang yang melontarkan anekdot yang berulang secara substansi, lelucon tersebut akan mudah ditebak dan daya picu tertawanya berkurang.

Kedua, energi yang dihasilkan dari kesedihan jauh lebih kuat dan relatif bertahan lama daripada lelucon.

Hukum alam berbicara bahwa kesedihan selalu menggores hati hingga terluka, sialnya hati punya memori siapa, bagaimana, dan dengan apa ia terluka.

Maksudnya adalah memori hati merekam bagaimana masalah atau kesedihan itu datang dan membuatnya terluka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun