Itu masih secuil yang hilang, tetapi dampaknya sudah mulai dahysat, sampai-sampai banyak dataran es Antartika mulai terlepas dan mencair di mana-mana.
Ar Rum: 41
Hukum alam tentang sebab dan akibat sebenarnya sudah diperingatkan melalui Surah Ar Rum: 41 berikut ini.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar Rum:41)
Alam yang dirusak akan memberi dampak bagi manusia itu sendiri, yaitu kerusakan suatu daerah.
Sesuai dengan penutup ayat tersebut, manusia ditimpa bencana serupa agar mereka bertobat dari merusak lingkungan.
Sudah jelas, manusia yang membabat hutan dan mengirimkan gas rumah kaca ke atmosfer dibalas dengan suhu bumi yang mulai meningkat, dan kutub yang mulai menghangat.
Pemanasan global menjadi 'teguran' bagi siapa saja yang merusak lingkungan, seperti deforestasi, tambang, dan penggunaan bahan bakar fosil.
Begitu isu krisis iklim sudah menggema, barulah manusia berlomba-lomba mengembangkan kendaraan dan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Memang sudah terlambat, tetapi ini masih lebih baik dan bisa direm sesegera mungkin keburu bumi semakin tidak layak ditinggali.
Sudah seharusnya pemerintah Indonesia mulai mengalihkan bahan bakar ke yang lebih ramah lingkungan, bukan hanya kendaraan, tetapi pembangkit listrik.
Dengan begitu, pertambangan akan bisa direm atas nama kelestarian lingkungan dan mencegah panas ekstrem yang semakin tidak terkendali.