Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka Bikin Saya Menyesal Dilahirkan Terlalu Cepat

3 Mei 2023   07:00 Diperbarui: 3 Mei 2023   06:59 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurikulum Merdeka memupuk semarak Merdeka Belajar. (Shutterstock.com/Tiwuk Suwantini) 

Semarak Merdeka Belajar sudah mulai kuat di negara ini, dengan Kurikulum Merdeka yang sudah meninggalkan Kurikulum 2013.

Apalagi KTSP yang sudah tidak masuk semarak Merdeka Belajar lagi, sudah ketinggalan zaman.

Apa yang membuat semarak Merdeka Belajar ini kuat? Program-programnya yang sangat menjanjikan.

Misal, saat penjurusan SMA, siswa IPA bisa memilih peminatan seperti mengambil mata pelajaran lain untuk pelengkap.

Ini sangat kontras saat masa SMA saya dari 2012-2015 yang masih menggunakan KTSP: mata pelajaran terkotak-kotakkan pada jurusan tertentu.

Dampaknya apa? Saya mengalami kesulitan saat berkuliah (karena dituntut) di Farmasi, karena yang dipelajari bukan hanya IPA seperti Kimia dan Biologi.

Di jurusan Farmasi, juga ada Ilmu Komunikasi, Hukum, dan Ekonomi yang tidak dipelajari dasarnya saat SMA era KTSP.

Hasilnya? Saat lulus pun, saya tidak bisa mendapatkan ilmu yang maksimal, hingga saat ini saya masih kesulitan mencari kerja.

Di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka, ada program magang yang bisa menambah pengalaman kerja.

Ini sangat membantu para fresh graduate yang langsung terjun ke dunia kerja, mengingat sistem rekrutmen masih terlalu kuno karena hanya yang menginginkan yang berpengalaman.


Merasa menyesal dilahirkan terlalu cepat
Sebagai penyintas KTSP, saya menyesal karena merasa dilahirkan terlalu cepat sehingga tidak bisa merasakan reformasi sistem pendidikan ini.

Sampai detik ini, saya masih belum bisa mendapatkan kerja karena sulit mencari pekerjaan, mengapa?

Pertama, saya minat di bidang tertentu di luar kuliah saya, tetapi saya harus belajar dari nol tentang bidang baru itu, keburu usia tidak masuk syarat lagi, ageisme masih kuat di Indonesia ini.

Kedua, saya tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, praktik kerja pun tidak dianggap sebagai pengalaman kerja, kontras dengan Merdeka Belajar yang memiliki program magang.

Mengapa? KTSP hanya berpatokan pada 1 bidang saja, misal kalau ingin di bidang IPA ya kerjanya cocok di bidang IPA saja.

Rasa penyesalan berikutnya adalah begitu lulus kuliah di tahun 2020, Kurikulum Merdeka baru diterapkan pada 2022/2023, miris sekali bukan?


Tumbal perubahan zaman
Saya merasa menjadi tumbal dari perubahan zaman, termasuk menjadi tumbal dari berubahnya kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka.

Sampai lulus pun, saya tidak merasakan semarak Merdeka Belajar itu sendiri, semua sudah berlalu saat saya sudah terlanjur menelan kepahitan kenyataan.

Sebagai lulusan era KTSP, saya hanya bisa tersenyum melihat semarak Merdeka Belajar yang dialami junior saya, ternyata mereka enak ya...

Mengapa? Karena dari penderitaan yang saya dan teman-teman alami, pemangku kebijakan dalam hal ini Kemdikbud Ristek RI melakukan gebrakan.

Sayangnya, gebrakan ini tidak pernah saya rasakan, ada rasa penyesalan mengapa tidak bisa merasakan semarak Merdeka Belajar itu.

Ingin merasakan semarak Merdeka Belajar
Mungkin, jika Tuhan memberi kesempatan menjadi anak SMA di era Kurikulum Merdeka, ini menjadi anugerah terindah.

Saya menjadi semangat dalam semarak Merdeka Belajar, mengapa? Ada program favorit saya, yaitu mata pelajaran peminatan.

Saya bisa mempelajari IPA sekaligus beberapa mata pelajaran jurusan Bahasa agar suatu saat nanti saat kuliah bisa fleksibel: ingin IPA atau Bahasa.

Itu saja? Tidak cukup, saat kuliah, saya pasti suka dengan program magang untuk menambah pengalaman kerja dan cocok untuk melamar kerja di Indonesia yang terlalu kuno ini.

Saya pasti akan totalitas saat menempuh Kurikulum Merdeka dengan semarak Merdeka Belajar yang tinggi jika berkesempatan menjadi anak SMA, itu pun kalau kelahiran saya diperlambat.


Pesan untuk adik-adik SMA
Untuk adik-adik SMA, saya punya pesan agar bersyukur dan memanfaatkan berlakunya Kurikulum Merdeka dengan semarak Merdeka Belajar.

Gunakan sebaik-baiknya, karena pemerintah sudah berbenah di sistem pendidikan nasional agar mencetak generasi unggul.

Saya akan bangga kok dengan pencapaian kalian yang bagus karena pernah merasakan Kurikulum Merdeka dengan semarak Merdeka Belajar.

Semangat untuk adik-adik SMA, saya tunggu kabar kesuksesan kalian berkat Kurikulum Merdeka dengan semangat semarak Merdeka Belajar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun