Sampai detik ini, saya masih belum bisa mendapatkan kerja karena sulit mencari pekerjaan, mengapa?
Pertama, saya minat di bidang tertentu di luar kuliah saya, tetapi saya harus belajar dari nol tentang bidang baru itu, keburu usia tidak masuk syarat lagi, ageisme masih kuat di Indonesia ini.
Kedua, saya tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, praktik kerja pun tidak dianggap sebagai pengalaman kerja, kontras dengan Merdeka Belajar yang memiliki program magang.
Mengapa? KTSP hanya berpatokan pada 1 bidang saja, misal kalau ingin di bidang IPA ya kerjanya cocok di bidang IPA saja.
Rasa penyesalan berikutnya adalah begitu lulus kuliah di tahun 2020, Kurikulum Merdeka baru diterapkan pada 2022/2023, miris sekali bukan?
Tumbal perubahan zaman
Saya merasa menjadi tumbal dari perubahan zaman, termasuk menjadi tumbal dari berubahnya kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka.
Sampai lulus pun, saya tidak merasakan semarak Merdeka Belajar itu sendiri, semua sudah berlalu saat saya sudah terlanjur menelan kepahitan kenyataan.
Sebagai lulusan era KTSP, saya hanya bisa tersenyum melihat semarak Merdeka Belajar yang dialami junior saya, ternyata mereka enak ya...
Mengapa? Karena dari penderitaan yang saya dan teman-teman alami, pemangku kebijakan dalam hal ini Kemdikbud Ristek RI melakukan gebrakan.
Sayangnya, gebrakan ini tidak pernah saya rasakan, ada rasa penyesalan mengapa tidak bisa merasakan semarak Merdeka Belajar itu.
Ingin merasakan semarak Merdeka Belajar
Mungkin, jika Tuhan memberi kesempatan menjadi anak SMA di era Kurikulum Merdeka, ini menjadi anugerah terindah.