Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Puasa Habis? Jangan Ngegas!

23 April 2023   07:06 Diperbarui: 23 April 2023   07:13 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash.com/Muha Ajjan

Idulfitri 2023 masih berlangsung hingga saat ini, saat artikel ini ditulis, sekarang lebaran ketiga menurut hisab atau kedua menurut rukyat.

Sistem pencernaan orang yang berpuasa sudah terbiasa dengan kebiasaan makan 2 kali sehari selama bulan Ramadan, saat siang harinya nol asupan.

Begitu sampai Idulfitri 2023 yang berarti 'kembali berbuka puasa', kita kembali ke kehidupan normal, yaitu makan 3 kali sehari.

Ada yang begitu besoknya hari raya langsung tancap gas makan 3 hari sekali seolah kembali seperti kemarin tetap makan 3 kali sehari.

Lebih-lebih yang merasa Ramadan penuh beban, lebaran menjadi ajang untuk balas dendam makan dan minum secara kalap.

Pantas saja ada yang mengeluh sakit perut begitu setelah makan, mulai dari terasa begah, maag, mulas, hingga yang terparah adalah mual dan muntah.

Lebih-lebih kalau Anda tidak enakan untuk menolak tawaran makan berat di rumah kerabat, sementara pencernaan Anda masih belum siap untuk makan normal secepatnya.

Nah, agar perut enggak melilit, bagaimana tipsnya? Yuk disimak dari cara saya agar bisa beradaptasi.


1. Tetap makan 2 kali sehari dulu
Memang, Idulfitri adalah momen kembali berbuka puasa di siang hari, tetapi bukan berarti boleh langsung makan 3 kali sehari.

Tubuh bukanlah objek yang memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, ia waktu penyesuaian yang cukup lama.

Sistem pencernaan selama 11 bulan terbiasa makan 3 kali sehari, begitu Ramadan tiba langsung makan 2 kali sehari, itu pun 'menghindari' matahari.

Seperti juga saat lebaran, sistem pencernaan harus beradaptasi dengan kebiasaan kembali ke hal semula.

Kalau langsung kalap menyantap lebaran, sistem pencernaan langsung bermasalah karena 'kaget' dan ada reaksi mual dan muntah.

Pantas jika sakit perut bahkan mual dan muntah muncul begitu kalap makan saat hari-hari pertama lebaran.

Makanlah seperti saat berpuasa, yaitu 2 kali sehari dulu, tetapi bertahap seperti waktu sahur bergeser perlahan ke sarapan, siangnya minum atau menyantap makanan ringan untuk adaptasi, tapi tetap dikontrol.


2. Hindari makanan berlemak
Memang perlu ada asupan makanan untuk siang hari untuk beradaptasi secara sedikit demi sedikit.

Namun, lebih baik bagi Anda untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak, seperti gorengan.

Lemak memiliki sifat cukup buruk untuk adaptasi lebaran, yaitu memperlambat pergerakan lambung.

Jika lambung melambat dan asupan yang masuk tambah kalap, bukannya cepat dicerna malah cepat refluks atau muntah.

Jika punya buah, makanlah buah sebagai cara sistem pencernaan untuk kembali beradaptasi dengan kehidupan normal.


3. Jangan makan 3 kali sehari selama seminggu

Ramadan sudah berlalu, artinya kita kembali ke kehidupan normal, seperti makan dan minum saat siang hari.

Namun, bukan berarti bisa langsung bisa makan makanan berat seperti normalnya 3 kali sehari.

Lambung sudah terbiasa kosong saat siang hari, tiba-tiba dikejutkan dengan makan 3 hari begitu lebaran, apalagi selama seminggu ke depan.

Tubuh tidak memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, seperti halnya saat awal mula berpuasa Ramadan.

Tetap jaga diri untuk tidak makan 3 kali sehari selama 1 minggu setelah lebaran dengan tetap memakan makanan ringan secukupnya untuk beradaptasi.

Asupan air juga perlu untuk membiasakan lambung dan usus untuk bekerja kembali secara normal.

Lakukan hal ini selama seminggu ke depan, sistem pencernaan Anda akan bisa kembali pulih seperti semula.


4. Berani menolak tawaran suguhan makanan demi kesehatan diri
Kebanyakan penyakit yang dialami orang Indonesia umumnya adalah tidak bisa menolak perjamuan siang atas alasan menghormati tuan rumah.

Belum lagi yang tipe orangnya tidak enakan, menolak ajakan makan siang saja tidak bisa karena kepikiran ini-itu.

Boleh saja kita menghormati tuan rumah yang menjamu kita, tetapi kita berhak untuk mengatakan tidak terlebih dahulu karena sedang dalam asa adaptasi.

Jangan mengorbankan kesehatan diri demi orang lain karena yang tahu batasan hanya kita sendiri.

Lebih baik untuk menghilangkan rasa tidak enakan atau tuntutan sosial daripada justru menyakiti diri sendiri: belum sempat berkunjung ke rumah kerabat lain sudah terburu sakit perut duluan.


Sebagai penutup, akhir puasa bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari praktik kita untuk menahan diri, terutama jangan kalap untuk langsung makan.

Tetaplah menahan diri untuk tidak terlalu bernafsu saat lebaran, jangan mentang-mentang Ramadan berlalu makannya ngegas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun