Lebaran atau Idul Fitri setelah Ramdan identik dengan mudik atau pulang kampung karena liburnya relatif lama.
Tidak mungkin tempat kerja tidak memberikan libur panjang untuk pekerjanya dalam rangka menyambut lebaran.
Mudik lebaran menjadi tradisi dalam umat Islam yang ada di Indonesia, meskipun umat beragama lain juga kecipratan hari liburnya.
Pemerintah selalu memfasilitasi masyarakatnya yang ingin berlebaran, mulai dari cuti bersama hingga regulasi moda transportasi yang tersedia.
Semua kebijakan sudah dilakukan demi tradisi yang sudah mengakar sekian lama demi kebaikan bersama.
Tradisi lebaran pernah berhenti saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia sekitar tahun 2020, memaksa adanya penyekatan ketat.
Kampanye tidak mudik saat lebaran terus digaungkan demi kesehatan semua orang agar penularan bisa ditekan.
Tiket-tiket perjalanan dibatalkan dan dikembalikan penuh tanpa potongan, sektor ekonomi dan transportasi menjadi lesu.
Masalah ini tidak lama, kemudian di tahun berikutnya, 2021, mudik mulai marak dengan berbagai pelonggarannya.
Di tahun 2021 itu juga, saya kembali mudik lebaran ke kampung halaman ayah saya setelah setahun tidak berkunjung.
Namun, saya mencoba hal baru, apa itu? Kalau biasanya mudik dilakukan seminggu atau sehari sebelum Idul Fitri, saya mudik tepat setelah Salat Idul Fitri bubar.
Jadi, saat malam takbiran, barang-barang yang akan dibawa untuk mudik sudah disiapkan dan dimasukkan dalam mobil agar besok bisa langsung berangkat.
Besoknya, kami sekeluarga melaksanakan Salat Idul Fitri terlebih dahulu, lalu kami tidak mampir rumah dulu langsung mudik (rumah sudah dikunci semua).
Kami sepakat untuk tetap mengenakan pakaian yang digunakan saat Idul Fitri nanti agar nuansa lebarannya masih terasa.
Ternyata, suasana jalannya relatif tenang, tidak seperti saat hari-hari sebelum lebaran karena sudah sampai di kampung halaman semua.
Perjalanan jauh tanpa kemacetan adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya karena tidak menguras tenaga dan emosi.
Jujur, saya sudah sangat bosan dengan perjalanan yang macet karena sampai di tujuan selalu capek dan tidak bisa beraktivitas di sana.
Kendaraan besar untuk mengangkut kebutuhan sehari-hari tidak terlalu banyak yang melintas di hari itu, sangat menyenangkan perjalanan itu.
Sampai di rumah keluarga ayah saya, rasa lelah itu tidak terlalu parah, bahkan masih sempat untuk bersilaturahim dengan keluarga besar ayah saya.
Ternyata, mudik setelah Salat Idul Fitri itu sangat menyengangkan saat saya kenang kembali cerita itu.
Saya menjadi ketagihan untuk mudik lebaran setelah Salat Idul Fitri, justru lebih menyenangkan perjalanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H