Di keluarga inti sendiri, saya selalu diceramahi dibanding-bandingkan dengan sebaya yang sudah menikah dan punya anak.
Awalnya, saya merasa insecure, ada kecemasan karena yang lain sudah begitu, saya masih begini-begini saja.
Semakin sering dijadikan korban perbandingan, semakin kebal saya, semakin masa bodoh, justru ini sangat menyenangkan.
Belum lagi ada stigma buka puasa bersama sebagai ajang pamer atau adu pencapaian yang membuat orang-orang malas ikut acara berbuka ini.
Usia bukanlah patokan kita harus mencapai ini dan itu, juga bukan landasan kita memiliki kematangan mental untuk mengarungi rumah tangga.
Definisi kedewasaan juga tidak bisa disamakan untuk usia yang sama, semua akan dewasa dengan caranya sendiri-sendiri.
Pencapaian tidak selalu berbarengan dengan usia seseorang, apalagi menargetkan sesuatu di usia tertentu.
Hidup berjalan sesuai dengan realitas yang suka-suka, bukan berdasarkan mimpi dan ekspektasi yang ketat dan tinggi.
Banyak faktor yang membuat pencapaian tidak dapat diraih sesuai dengan usia impian yang ditetapkan.
Misal, sudah mati-matian belajar agar cepat lulus, tetapi karena penelitian yang bermasalah memaksa Anda lulus setelah 5 tahun kuliah.
Ada hambatan pekerjaan yang membuat Anda tidak bisa mendapatkan penghasilan yang lebih.