Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Senandika] Menunggu itu Ada Batasnya

3 April 2023   23:48 Diperbarui: 4 April 2023   00:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu. (Foto: Unsplash.com/Clem Onojeghuo)

Karena cinta, aku rela menunggumu agar mau bersamaku, tidak peduli dengan berapa lama waktu yang terbuang.

Ya, karena dengan hati, aku rela menghabiskan waktuku hanya untuk menantikanmu agar aku dan kamu menjadi kita untuk selamanya.

Dengan sabar, aku tetap di sini sampai kamu mengatakan '"Ya!" saat aku melontarkan "Sudikah kamu agar menjadi kita selamanya?"

Sesabar itu aku, karena di tiap relung pikiran dan hati ini hanya ada kamu dan semua tentang dirimu.

Sampai-sampai, aku melewatkan kesempatan menjalin kasih bersama orang lain karena apa? Karena hanya menginginkanmu.

Namun, itu dulu, hanya menjadi cerita pemanis yang sudah kedaluwarsa karena terlalu lama menunggumu yang tidak kunjung ada.

Apa yang tidak terbatas di dunia ini? Waktu punya batasnya, begitu pula dengan kesabaran untuk menunggumu.

Kamu tidak kunjung untuk datang untukku, tidak juga berkenan agar meleburkan ceritamu menjadi cerita kita.

Bahkan, kamu memilih untuk bahagia bersama orang lain, bukan denganku yang sudah menunggu jawabanmu sekian lama.

Aku menertawakan diriku sendiri, mengapa aku sebodoh ini menunggumu yang tidak pernah mau denganku.

Bahkan, menoleh padaku saja tidak mau, aku tidak peka dengan kode penolakan darimu yang memilih untuk pergi dan melabuhkan hati padanya.

Aku terus menyalahkan diriku sendiri, mengapa aku sering menghabiskan waktuku untuk hal sia-sia seperti menunggumu.

Aku marah pada takdir, mengapa aku tidak diberi tahu dari awal kalau kamu bukan milikku, malah dipermainkan seperti ini.

Dalam lubuk hati dan pikiran ini, aku tidak bisa terima karena dipermainkan oleh keadaan, mengapa selalu dibuat sengsara.

Andai takdir bisa diterawang atau diberitahukan dari awal, aku tidak perlu membuang waktu yang sia-sia ini.

Andai juga takdir bisa dibocorkan sejak dulu, aku sudah mengejar impian lain yang waktunya habis karena menunggu orang yang tidak mau peduli sepertimu.

Semua tinggal kenangan, semua tinggal penyesalan, semua hanya menyisakan lelah yang tidak berguna ini.

Biarlah, cukup aku yang bodoh karena menunggumu, menunggu seseorang yang ternyata bukan milikku selamanya.

Pesanku, kamu jangan bodoh karena menyesal mengapa tidak memilih aku sebagai pendamping hidupmu selamanya.

Jangan sampai kamu menyesal karena memilih dirinya yang ternyata mengecewakanmu.

Jangan merengek memintaku untuk kembali, aku sudah dibuat lelah menunggu karena dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun