Aku terus menyalahkan diriku sendiri, mengapa aku sering menghabiskan waktuku untuk hal sia-sia seperti menunggumu.
Aku marah pada takdir, mengapa aku tidak diberi tahu dari awal kalau kamu bukan milikku, malah dipermainkan seperti ini.
Dalam lubuk hati dan pikiran ini, aku tidak bisa terima karena dipermainkan oleh keadaan, mengapa selalu dibuat sengsara.
Andai takdir bisa diterawang atau diberitahukan dari awal, aku tidak perlu membuang waktu yang sia-sia ini.
Andai juga takdir bisa dibocorkan sejak dulu, aku sudah mengejar impian lain yang waktunya habis karena menunggu orang yang tidak mau peduli sepertimu.
Semua tinggal kenangan, semua tinggal penyesalan, semua hanya menyisakan lelah yang tidak berguna ini.
Biarlah, cukup aku yang bodoh karena menunggumu, menunggu seseorang yang ternyata bukan milikku selamanya.
Pesanku, kamu jangan bodoh karena menyesal mengapa tidak memilih aku sebagai pendamping hidupmu selamanya.
Jangan sampai kamu menyesal karena memilih dirinya yang ternyata mengecewakanmu.
Jangan merengek memintaku untuk kembali, aku sudah dibuat lelah menunggu karena dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H