Hanya di bulan Ramadan, azan Magrib menjadi hal yang sangat istimewa, jarang orang yang menunggu dengan khidmat di bulan lainnya.
Jelas, azan magrib menjadi penanda orang yang berpuasa boleh untuk kembali makan dan minum setelah asupan berhenti sejak azan Subuh.
Banyak yang berbuka dengan menu iftar yang bermacam-macam, seperti puding, es soda gembira, roti, kue, dan berbagai buah.
Namun, apakah ada para pembaca di sini yang menu berbuka puasa berupa gorengan atau malah langsung makanan berat?
Ini menurut kesehatan sudah tidak bagus, gorengan mengandung kaya lemak yang metabolismenya sangat terakhir, kira-kira di lambung hingga usus sehingga recovery energinya kurang.
Apalagi makanan berat, nasi dengan karbohidrat polisakarida lama dimetabolisme, untuk memencah menjadi monosakarida saja lama, makanya mengapa rasa nasi tidak manis karena masih makromolekul.
Keduanya bukanlah makanan yang bagus untuk lambung yang baru diisi setelah sekitar 13 jam kosong, pasti kaget, apalagi makannya terlalu kalap.
Berbicara soal menu berbuka, saya ingat waktu kecil sering sekali makan menu berbuka puasa banyak sekali macamnya.
Saking kalapnya saya waktu itu karena lapar berat setelah puasa 13 jam lebih, saya melahap semuanya.
Lalu, saya sambung dengan menu makanan berat agar matangnya lebih mantap, yang jelas nasi dan lauknya agak banyak sedikit.
Hasilnya? Saya kekenyangan, akhirnya tidak bisa ikut Salat Tarawih langsung setelah Salat Isya, perut saya penuh.