Selama ini, kita bangga dengan harta kekayaan dan 'adu mekanik' dengan teman dan makan tanpa kenal nurani.
Selama ini juga, kita sering menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan duniawi yang hanya sesaat ini.
Sementara itu, bagi kaum fakir dan miskin jangankan bersenang-senang, untuk keperluan sehari-hari saja masih minus.
Di akhir Ramadan, kita diperintahkan untuk mengeluarkan zakat, tidak banyak, hanya 2,5% dari harta kita selama ini.
Dari zakat, kita diuji apakah bersedia untuk memberikannya atau masih terjebak dalam ego untuk dimiliki semua?
Tantangan sebenarnya adalah setelah Ramadan, 11 bulan jaraknya sebelum bertemu Ramadan lagi
Apakah kita bisa untuk peduli dengan sesama kita yang nasibnya kurang beruntung atau tidak setelah puasa ini?
Sangat tidak berakhlak jika selepas Ramadan, kita masih untuk gemar pamer kekayaan di saat mereka menderita.
Semoga di Ramadan ini, kita menjadi lebih baik lagi, terutama bijak soal harta yang dimiliki dan lebih meningkatkan kepedulian dari 'penderitaan' ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H