Meskipun ibadah puasanya dinilai memberatkan bagi beberapa orang, Ramadan tetap menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu.
Banyak keutamaan yang diperoleh ketika melakukan ibadah puasa dan amalan lainnya yang akan diganjar Allah SWT sendiri dengan jumlah yang masif.
Ya, tidak salah jika menganggap bulan Ramadan sebagai bulan suci yang paling mulia dari 12 bulan dalam kalender Hijriah.
Tidak sekadar hanya menahan rasa lapar dan haus, ada makna mendalam dari kedua rasa selama masa puasa ini.
Yaitu, belajar prihatin, ini betul sekali karena kita seakan-akan diajarkan oleh keadaan tentang penderitaan ini.
Kita hanya diberi waktu untuk merasakan prihatin hanya sebulan, itu pun malamnya masih bisa makan enak.
Bahkan, saking enaknya, kita sampai terlupa dengan penderitaan kita di siang harinya, seakan-akan kita tidak pernah mengalami penderitaan.
Padahal, meskipun malam boleh makan, kita tetap dianjurkan untuk tetap menahan diri dan tidak berlebih-lebihan.
Bayangkan dengan kaum fakir dan miskin, penderitaannya bertahun-tahun dan dalam sehari belum tentu bisa makan 2 kali sehari.
Kalau pun bisa makan, makanannya masih belum bisa dikatakan layak, bagi mereka yang penting ada yang bisa dimakan.
Kita diajak untuk 'melihat ke bawah' untuk melihat kondisi mereka agar kita bisa bersyukur dengan kondisi kita saat ini.