Ini sangat buruk bagi kesehatan mental karena melanggar batasan diri yang sudah maksimal tersebut.
Perlu untuk kita ingat bahwa tidak semua perjuangan atau usaha akan membuahkan hasil yang maksimal.
Ada juga orang yang berusaha mati-matian, tetapi hanya dapat capeknya saja karena gagal total hasilnya.
Nah, jika sudah nekat melampaui batasan diri sendiri dan berujung pada kegagalan, akan ada rasa depresi yang parah dan berujung pada bunuh diri.
Toxic positivity inilah yang memabukkan seseorang agar terus berusaha tanpa mengedepankan kesadaran diri akan kelemahannya.
Padahal, batasan diri seperti rasa lelah dan bosan adalah alarm bagi seseorang kalau usaha mengejar sesuatu itu akan berujung kegagalan dan sia-sia.
Ingat dengan kisah Titanic? Itu adalah contoh pengabaian alarm tersebut dan selalu berpikir bahwa kapalnya sangat kuat.
Namun, Tuhan berkehendak lain, Titanic gagal menghindari karang es dan menabraknya hingga karam.
Kesadaran akan batasan adalah pelajaran yang dapat kita ambil dari tragedi tenggelamnya kapal tersebut.
Menyerah tidak selamanya buruk
Karena kultur toxic positivity inilah, menyerah dianggap sebagai pengecut atau tidak memiliki semangat untuk meraih sesuatu.
Padahal, rasa menyerah adalah kode dari alam untuk seseorang agar sadar diri, bisa jadi impian yang dikejar tidak akan terwujud.