Dunia, fajar, abad, kadar, mahir, rakyat, dan talak yang seolah bahasa Indonesia, ternyata merupakan serapan dari bahasa Arab.
Sebagai negara yang pernah menduduki Indonesia selama 3 abad lebih, Belanda memiliki istilah yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia.
Contohnya, ada kata ide, jambore, jas, kalkun, fungsi, gang, dinas (dienst), bahkan gratis menjadi bahasa yang kerap digunakan padahal dari serapan bahasa Belanda.
Siapa yang sering mengunakan kata-kata jurnal, harpa, gereja, atau bendera? Ternyata itu dari bahasa Portugis.
Ada juga dalam bahasa daerah yang bukan daerah penutur bahasa Melayu, seperti 'unggah' untuk upload, berasal dari munggah yang berarti 'naik' dalam bahasa Jawa 'munggah'.
Membuat padanan boleh saja untuk menambah wawasan bahasa, tetapi tidak bisa apabila dipaksakan menjadi istilah resmi yang harus digunakan.
Perkara bahasa bukan sekadar gramatika dan aturannya, melainkan juga faktor kultur dan sosial yang sudah berlaku.
Masyarakat akan lebih mudah memahami download sehingga lebih sering digunakan daripada istilah 'unggah'.
Ada juga karena menggunakan istilah bahasa Indonesia terlalu boros karakter dan suku kata, digunakanlah istilah asing.
Misalnya, banyak orang yang menggunakan istilah spare part (2 suku kata dan 10 karakter termasuk spasi) daripada suku cadang (4 suku kata dan 11 karakter dengan spasi)
Selain itu, ada yang bukannya memberi dalam bahasa Indonesia, suatu kata asing ada yang malah dipadankan dengan bahasa asing yang lain.