Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merindukan Masa Sekolah

3 Maret 2023   18:09 Diperbarui: 3 Maret 2023   18:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu SD, saya berpikir bahwa PR dan ujian Matematika adalah beban kehidupan yang sangat berat.

Meskipun beban, saat itu bukan dalam artian bahwa tidak bisa menikmati hidup, saya masih suka menonton kartun tiap Minggu pagi.

Senin sampai Sabtu, saya kembali bergelut dengan rutinitas yang teramat klise, yaitu belajar, hingga Kelas V sering melewatkan momen bersama tetangga sebaya.

Begitu Kelas VI, saya mulai mengalami sedikit gangguan, maklum waktu itu masa pubertas mulai galak-galaknya.

Namun, saya tetap menikmati proses itu meski kadang saya lewatkan karena ambisi menjadi peraih nilai UN tertinggi 1 sekolah, kata orang hal itu adalah proses remaja mencari jati diri.

Masa itu masih berlanjut hingga SMP hingga mulai jatuh hati pada adik kelasku sendiri, aneh sekali, bukan?

Namun, saya masih bisa menikmati semuanya dan tetap tidak melupakan tugas utama yang sangat klise: belajar dan ekstrakurikuler.

Masa SMA saya habiskan dengan segenap jiwa muda yang membara: mulai sering bergaul dan mengikuti tren meski mulai tidak bisa memahami berbagai mata pelajaran.

Sering ada kegiatan di luar tiap Minggu, seperti tugas kelompok, bahkan paling sering adalah bermain futsal.

Di masa inilah, saya mulai memiliki sahabat dalam artian sebenarnya, ada yang memiliki hobi yang sama, bahkan pernah sekali menonton konser bersama.

Namun, ada cerita kelam di balik ini semua, saya mulai merasakan tertekan untuk mengikuti pelajarannya.

Terbesit di pikiran saya, berharap saat itu lekas lulus SMA agar bisa menempuh pendidikan di tingkat perkuliahan.

Pikir saya, kuliah lebih enak karena jadwal bisa fleksibel dan tidak terikat pada seragam, serasa keren menurutku saat itu.

Begitu kuliah, ternyata tidak seperti apa yang saya pikir sebelumnya, jauh dari harapan yang saya bangun saat Kelas XII.

Banyak tugas, jam kosong harus dicarikan pengganti, jadwal sering berubah, dan sering mengalami hal yang mendadak.

Awalnya, saya kira ini faktor homesick dengan masa sekolah, sebisa mungkin saya lawan rasa tidak enak itu.

Ternyata, benar-benar kehidupan kuliah itu tidak enak, sialnya saya tidak bisa beradaptasi selama masa kuliah.

Bahkan, sampai lulus kuliah pun, saya tidak bisa move on dari masa sekolah yang sebagian keindahannya saya lewatkan.

Semakin bertambahnya usia, bukan kebebasan dan kenyamanan yang saya dapatkan, justru beban dan derita yang tidak kunjung selesai.

Mungkin di depan orang akan tersenyum seolah tanpa beban, tetapi akan murung di dalam kamar.

Ada penyesalan yang mendalam mengapa saat itu berharap cepat-cepat untuk menuju masa depan kalau ternyata justru kian berat.

Setelah direnungkan, rupanya masa sekolah jauh lebih indah sehingga besar keinginan saya untuk pulang ke masa lalu walau sebentar.

Di masa itulah saya masih sering merasakan hidup yang benar-benar hidup menurut pikiran saya, hidup tanpa beban pikiran.

Meski harus mengenakan seragam dan jadwal terkesan mengekang, rupanya itu jauh lebih indah daripada yang terlihat bebas ternyata membuat saya menderita.

Harus saya akui, masa lalu selalu lebih indah daripada masa yang akan datang dan membuat saya ingin pulang ke sana.

Hanya saja, hukum alam tidak pernah berkata bahwa waktu bisa diputar ulang ke belakang, inilah hukuman seumur hidup yang perih.

Andai ada mesin waktu, izinkan saya untuk pulang ke masa lalu dan tinggal di sana untuk selama-lamanya. Aku rindu masa lalu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun