Ini lebih berat dari lakon drama yang mulai dari ekspresi, dialog, aktivitas, dan akhir ceritanya sudah dipahami semua pemeran.
Mungkin enak kalau seperti drama, kita sudah siap untuk menjalani peran hingga akhir pun siap.
Sedangkan 'drama kehidupan'? Kita benar-benar 'buta map', tidak ada 'skrip drama' yang bisa untuk mengetahui bagaimana akhir peran kita.
Kecuali, kita hanya diberikan rambu-rambu seperti apa untuk menjalani hidup, itu pun tidak ada bocoran bagaimana nasib kita.
Ibaratnya, kita seperti penonton drama yang tidak tahu bagaimana ceritanya, tetapi tiba-tiba disuruh berperan tanpa diberitahukan ceritanya seperti apa.
Hidup benar-benar misteri, tidak ada yang tahu bagaimana akhir cerita kita, bahkan satu menit kemudian pun kita tidak diberi tahu ceritanya seperti apa.
Lebih-lebih tentang bagaimana hidup kita, apakah selalu diliputi kebahagiaan atau ditimpa kemalangan, tidak ada yang tahu.
Jangankan masa depan, saat sebelum dilahirkan saja kita tidak diceritakan apakah hidup kita lebih banyak bahagia atau derita.
Terlebih, kita tidak pernah diberikan pilihan apakah ingin hidup atau tidak pernah dilahirkan setelah diberi tahu bagaimana jalan hidup kita sendiri.
Bukan bermaksud mewajarkan, secara logika benar saja jika banyak yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena terlalu berat hidup yang dijalani.
Mulai dari depresi, hilang akal, hingga bunuh diri adalah dampak dari tidak adanya kesempatan untuk memilih.