Bisa saja karena tidak mau melewatkan sehari saja untuk bekerja demi penghasilan besar karena izin cuti.
Ada yang cemas karena kariernya terganggu karena kehadiran anak, dan ini tidak bisa untuk disalahkan.
Waktu mereka tersita dan konsentrasinya pecah begitu harus berbagi waktu dengan anak.
Mereka memilih untuk childfree karena cemas jika anak mereka tidak mendapatkan perhatian karena waktu mereka tersita.
Sayangnya, keberadaan kaum childfee selalu dipersekusi karena menyalahi norma, agama, dan tujuan pernikahan versi mayoritas.
Mereka yang menjadi mayoritas terlalu mendewakan ajaran agama dan kultur tanpa memperhatikan fakta yang ada.
'Banyak anak banyak rezeki' masih menjadi pegangan hidup kebanyakan masyarakat Indonesia, tidak peduli dengan biaya dan tanggung jawab yang melambung tinggi.
Padahal, prinsip tersebut sudah tidak relevan lagi karena semakin banyak anak, semakin besar tanggung jawab orang tua.
Satu anak saja butuh biaya yang cukup besar dan masalah yang rumit apalagi jika banyak dan membuat orang tua semakin payah.
kebanyakan kaum yang menginginkan anak justru mengabaikan orang-orang yang memiliki masalah psikologis yang menyebabkan mereka childfree.
Belum lagi isu tentang kesehatan mental yang juga melanda orang-orang yang childfree belum banyak orang yang peduli.