Adakah kita telah memutus hubungan baik dengan orang lain? Adakah kita kalau ingat orang tersebut, ada perasaan bersalah ? Adakah kita pernah menjadi penyebab kesialan orang lain, merugikan orang lain atau membuat penderitaan hidup orang lain? Adakah kita ingat kejadian dengan seseorang yang terus menerus kita sesali karena kita salah dan dzalim? Adakah keburukan akhlak kita sehingga membuat orang lain sakit ? Bila seluruhnya atau sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut jawabannya ada, artinya diri kita perlu introspeksi dan teridentifikasi bahwa kita sebaiknya minta maaf.
Atau sebaliknya...
Adakah orang yang kita putus hubungan baiknya? Adakah orang yang kalau kita ingat, ada rasa gak enak ? Adakah orang yang kita anggap sebagai penyebab kesialan, kerugian bahkan penderitaan hidup kita? Adakah kejadian dengan seseorang yang terus menerus kita sesali? Adakah orang yang cenderung hanya kita lihat sisi buruknya saja? Adakah orang yang kita harap untuk mengalami penderitaan dalam hidupnya ? Bila seluruhnya atau sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut jawabannya ada, artinya jiwa kita masih sakit dan teridentifikasi bahwa kita belum bisa memaafkan.Â
Minta maaf dan memaafkan adalah keputusan untuk mereset dan menformat ulang belenggu perasaan bersalah, sakit hati, luka, rasa gak enak, penyesalan dan kebencian ke dalam bingkai baru yang bisa membebaskan diri kita dari belenggu tersebut dan membawa ke kondisi hati yang lebih baik  secara konsisten.
Untuk bisa minta maaf dan memaafkan kita perlu memahami bahwa alam semesta ini diciptakan Yang Maha Kuasa dalam keseimbangan. Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Apa yang kita berikan itulah yang kita terima. Ada semacam neraca keseimbangan di alam semesta ini. Hukum ini tidak bisa dimanipulasi, direkayasa atau di "kadali". Bila kita sekarang menuai sakit hati dan kerugian, bisa jadi di masa lalu kita telah manabur perkataan dan/atau perbuatan yang menyebabkan orang lain sakit hati dan rugi. Alam semesta sedang menyeimbangkan dirinya pada diri kita, hingga akun saldo kita yang negatif menjadi nol.Â
Bila kita bersalah, merugikan atau membuat orang lain dan alam semesta menderita, maka alam semesta memiliki mekanisme untuk membalas kesalahan, kerugian dan penderitaan yang kita perbuat. Lewat mekanisme alam semesta, Tuhan sedang mengingatkan agar kita tidak terjerumus dalam jurang kesesatan dan penderitaan. Yang Maha Kuasa sedang menolkan ego kita, menghancurkan kesombongan dan mendidik diri kita lebih baik. Menjadi manusia yang hadir dan mampu membina hubungan dengan bijaksana, menjadi pasangan/saudara/teman/rekan kerja/rekan bisnis yang aktif saling menyembuhkan, saling menguntungkan dan saling membahagiakan terus-menerus.Â
Selain itu utuk bisa minta maaf dan memaafkan kita perlu menyadari bahwa minta maaf dan memaafkan itu gunanya buat kita sendiri, bukan buat orang lain. Ketika belum bisa minta maaf dan memaafkan lenyap kenyamanan hidup. Ketika tidak ada perasaan nyaman maka hidup kita akan terbebani dan rentan untuk menderita baik secara psikis maupun fisik. Kita sering menganggap bahwa minta maaf dan memaafkan selalu terkait orang lain, padahal minta maaf dan memaafkan selalu terkait dengan diri sendiri. Melakukan kesalahan, merugikan orang lain dan membuat sesama menderita itu seperti kita memegang ranjau, bila tidak minta maaf suatu saat perbuatan buruk kita tersebut akan meledakkan kita sendiri. Dan sebaliknya tidak memaafkan itu seperti memegang bara api dan berharap orang yang belum kita maafkan terbakar karena bara api di tangan kita. Justru ketika kita tidak memaafkan sebenarnya kita membakar diri kita sendiri dengan bara api yang kita pegang.
Bila kita minta maaf dan benar-benar bertaubat tidak melakukan kesalahan yang sama maka kebaikan akan dicatat dan sistem memori kita. Ada rekaman permohonan ampun, permohonan maaf, penyesalan dam pertaubatan di sistem memori kita. Akun neraca keseimbangan kehidupan me"nol"kan diri dan ditutup. Dan demikian pula sebaliknya bila kita bisa memaafkan dan tidak melakukan pembalasan/kezhaliman maka kebaikan akan dicatat dalam sistem memori kita. Ada rekaman pengampunan, memaafkan, welas asih dan kebijaksanaan di sistem memori kita. Akun neraca keseimbangan kehidupan me"nol"kan diri dan ditutup. Ini adalah tentang pertukaran energi. Jika energi kita dalam neraca keseimbangan kehidupan positif dengan memaafkan, maka di masa depan sistem keseimbangan ini akan memberi kita begitu banyak kebaikan dalam situasi yang berbeda. Nasib akan berubah, menjadi lebih bahagia dan penuh kebaikan.Â
Ego base, gengsi, khawatir terlihat lemah atau bodoh sering membuat minta maaf dan memaafkan itu jadi berat dan sulit. Beberapa di antara kita punya kata hati "Bagaimana mungkin saya  minta maaf cuman begitu aja koq? Bagaimana mungkin saya minta maaf, mau ditaruh dimana muka dan harga diriku ? Enak aja minta maaf, biarin aja biar dia rasakan !". Atau kita punya kata hati "Bagaimana mungkin saya bisa memaafkan setelah apa yang sudah dia perbuat begitu menyakitkan dan masih terasa sampai sekarang? Bagaimana mungkin saya bisa memaafkan, orang dianya gak kapok, masih terus aja begitu, bahkan semakin menjadi-jadi ? Enak aja dimaafkan, orang dia-nya minta maaf atau sadar aja juga enggak !"Â
Pernahkah kita menyadari bila kita punya kata hati, berpikir dan merasa seperti ini, itu artinya kita "salfok" (salah fokus). Kita fokus pada hal yang salah. Setiap orang seperti antena-antena yang memancarkan apa kata hatinya, memancarkan apa yang dipikirkan, memancarkan apa yang dirasa dan memancarkan apa yang difokuskan. Sesungguhnya apa yang kita pancarkan ke alam akan dipantulkan kembali ke kita. Pernahkan kita menyadari bila dalam pikiran dan emosi yang kita fokuskan dan pancarkan adalah pelecehan, musuh dan gengsi maka yang kita terima adalah pelecehan, musuh dan gengsi. We are attracted what we are. Salah fokus ini membuat hidup kita stuck, tidak beranjak naik level pada kebebasan, kedamaian dan kebahagiaan serta hanya mengundang pola kejadian menyakitkan yang sama berulang-ulang.Â
Lalu kemana seharusnya fikiran dan emosi kita fokuskan? Fokus ke dalam bukan keluar. Fokus kepada hal yang ada di dalam diri sendiri ! Fokus kepada hal yang ada di dalam diri sendiri sama artinya dengan fokus kepada Tuhan. Fokus kepada Diri Yang Agung. Bukankah Tuhan jauh lebih dekat dari urat nadi kita? Bukankah kita manusia sejatinya adalah pancaran dari Diri Yang Agung? Menata kembali niat kita, memurnikan kembali keikhlasan kita, mengarahkan kembali pada hidup yang benar. Diri hanya memancarkan vibrasi, frekuensi dan energi yang murni seperti keikhlasan, kasih sayang, rasa syukur dan pengabdian. Mengendalikan ego kita. Mereset kembali keangkuhan dan kesombongan kita. Selalu berupaya memiliki kerendahan hati, mengambil hikmah dan pelajaran berharga agar kapasitas diri kita naik level pada kebebasan, kedamaian dan kebahagiaan.Â