Kebebasan Berkeyakinan
Berlawanan dengan kesalahpahaman populer, agama Islam berkewajiban untuk tidak hanya mengizinkan tetapi juga menghormati keragaman. Dengan demikian, non-Muslim dalam wilayah Islam diperbolehkan untuk beribadah sesuai dengan agama mereka. Ada banyak contoh dari sejarah ini.
Ketika umat Muslim mulai memerintah Palestina pada 637 M, mereka mengundang orang-orang Yahudi untuk tinggal di Yerusalem setelah 500 tahun pengasingan. Pada tahun 1187 M, setelah merebut kembali Palestina dari Tentara Salib, umat Islam memperlakukan orang Kristen dengan hormat meskipun kebrutalan yang mereka alami di tangan Tentara Salib. Orang-orang Kristen diizinkan untuk pergi dengan damai atau tetap dalam harmoni.
Sementara Spanyol berada di bawah kekuasaan Muslim, kota Cordova dianggap sebagai pusat intelektual Eropa, di mana para siswa belajar filsafat, sains, dan kedokteran di bawah cendekiawan Muslim, Yahudi, dan Kristen. Masyarakat kaya dan canggih ini mengambil pandangan toleran terhadap agama lain, sementara hidup berdampingan secara damai tidak pernah terdengar di seluruh Eropa. Sejarawan James Burke menyebutkan dalam bukunya, The Day the Universe Changed , bahwa ribuan orang Yahudi dan Kristen hidup dengan aman dan harmonis dengan penguasa Muslim mereka di Spanyol yang Muslim.
Hak dan Tanggung Jawab Bersama
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa hukum Islam secara ilahi mengamanatkan hak-hak individu dalam peran khusus mereka sebagai pasangan, orang tua, anak, saudara, tetangga, teman bahkan musuh. Dalam pendistribusian hak dan tanggung jawabnya, Islam telah membahas masalah sosial, ras, gender, dan sektarian yang mengganggu masyarakat global kita. Memang, model hak dan tanggung jawab bersama yang diabadikan dalam Islam memiliki potensi yang luar biasa untuk reformasi individu dan sosial di dunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H