Mohon tunggu...
Mohammad Uwais Al Qorni
Mohammad Uwais Al Qorni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik di Politeknik Negeri Jakarta. Magang di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menjadi Presidensi G20, Apa Strategi Indonesia Dalam Sektor EBT?

19 Februari 2022   22:49 Diperbarui: 19 Februari 2022   23:06 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : World Energy Trilemma Index 2019.https://trilemma.worldenergy.org/)

Hal ini didukung dengan harga dan pembiayaan EBT yang kian menurun dibanding 1 dekade lalu, dimana saat itu harga untuk pemasangan pembangkit berbasis EBT masih sangat mahal. Hal tersebut dilatarbelakangi karena sulit untuk pembuatannya dan juga teknologinya masih terbatas.

(Sumber : World Energy Trilemma Index 2019.https://trilemma.worldenergy.org/)
(Sumber : World Energy Trilemma Index 2019.https://trilemma.worldenergy.org/)
Pada proses transisi energi tersebut harus memperhatikan kebijakan energi berkelanjutan. Dalam kebijakan energi berkelanjutan, terdapat 3 faktor atau disebut juga "Trilemma Energy" yaitu sebagai berikut:
  • Energy Security: yaitu infrastruktur dan kemampuan energi tersebut haruslah menjanjikan, harus memenuhi supply and demand baik di masa kini dan masa depan. Apabila infrastrukturnya sudah cukup baik dan energi terbarukan tersebut sudah cukup menjanjikan, maka masyarakat juga akan merasa aman untuk mengaplikasikan energi terbarukan tersebut.
  • Energy Equity: memiliki makna bahwa aksesibilitas dan keterjangkauan dalam pemanfaatan energi berkelanjutan penting untuk pemerataan segala kalangan masyarakat. Apabila hanya dapat dijangkau oleh sebagian kalangan saja, maka akan sulit untuk mencapai tujuan transisi energi nasional.
  • Energy environmental: berati ketersediaan energi alam. Maksudnya adalah ketika mengetahui bahwa pada suatu daerah tersebut tinggi, maka sebaiknya memanfaatkan potensi tersebut. Hal tersebut penting untuk memenuhi permintaan pasar dan menjaga pasokan energi.

Tiga faktor tersebut sangat penting sebagai langkah awal memaksimalkan energi terbarukan. Apabila hanya condong ke salah satu faktor saja tanpa memperhatikan faktor lainnya, tentu akan terjadi ketidakseimbangan.

Acara "Peluncuran Transisi Energi G20" (Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=j2Z956TRqcU)
Acara "Peluncuran Transisi Energi G20" (Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=j2Z956TRqcU)
Pada acara "Peluncuran Transisi Energi G20" yang diselenggarakan oleh KESDM pada tanggal 10 Februari 2022, dibahas mengenai poin penting untuk mempercepat transmisi energi. Terdapat 3 poin penting untuk diperhatikan, 

Yang pertama yaitu kemudahan akses energi, lalu yang kedua yaitu adanya transfer teknologi dengan negara lain, dan yang ketiga adalah kestabilan pasar. Apabila ketiga poin tersebut digabungkan menjadi satu, maka akan muncul tahapan untuk mempercepat transisi energi tersebut. Ketika terdapat kemudahan akses energi yang diiringi dengan kestabilan pasar, tentu akan menarik minat banyak orang. 

Ketika seseorang sudah berminat, maka inklusif atau adanya berkeadilan itu diperlukan agar mencakupi dan diterima segala kalangan masyarakat untuk mendukung misi transisi energi. Tentunya untuk mencapai tujuan tersebut yang harus diperlukan pengembangan SDM agar berkualitas dan meningkatkan berbagai teknologi melalui inovasi dan belajar dari negara lain yang sudah maju terlebih dahulu.

Saat ini terdapat beberapa program dan upaya yang telah dilakukan demi mempercepat proses transisi energi nasional. Beberapa diantaranya yaitu:

  • Program biogas rumah (BIRU).

Program ini adalah hasil inisiatif kolaborasi Hivos dan KESDM sejak tahun 2012.  Dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) untuk memberikan masyarakat Indonesia akses ke energi masak bersih.

  • Program pembuatan Pelet biomassa.

Pelet biomassa ini biasanya digunakan untuk alternatif penggunaan batubara, agar mengurangi beberapa persen penggunaannya. Terbuat dari bahan organik bekas yang diolah agar berbentuk seperti pellet, dicampur dengan bahan tertentu agar dapat terbakar seperti batubara dan biasanya projek ini bersinergi dengan PLTU.

  • Patriot energy untuk daerah 4T (Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Transmigrasi).

Merupakan kelompok generasi muda yang berjiwa sosial, aktif, bersemangat, dan memiliki motivasi untuk mendorong pengmbangan EBT di daerah 4T (Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Transmigrasi) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  • Program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya).

Merupakan program kolaborasi antara Kementrian Pendidikan dan Kementrian ESDM untuk menciptakan dan mendorong pemanfaatan energi bersih yaitu pembangkit listrik tenaga surya atap untuk mendukung bauran EBT 23% pada tahun 2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun