Pada Tahun 2022 ini, Indonesia secara resmi menjadi presidensi G20 selama setahun penuh. Presidensi sebelumnya, Negara Italia melaksanakan serah terima di kota Roma, Italia pada tanggal 31 Oktober 2021.
Tahun ini mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger". Tema ini memiliki makna bahwa untuk mencapai tujuan bersama, maka diperlukan kerjasama yang inklusif. Dan ketika memiliki kerjasama yang inklusif, maka bersama sama akan menjadi lebih kuat.
Presidensi G20 Indonesia memiliki 3 sektor prioritas, yaitu sektor kesehatan global kala pandemi, transformasi digital, dan transisi energi. Â Pada salah satu sektor, yakni sektor transisi energi memiliki 3 isu prioritas.Â
Yang pertama adalah memaksimalkan aksesibilitas energi, lalu yang kedua adalah pemutakhiran teknologi dalam energi terbarukan, dan yang ketiga adalah memanajemen pembiayaan energi.Â
Tentunya untuk mengatasi masalah tersebut membutuhkan banyak uluran tangan dari berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan juga komunitas publik. Tanpa kerjasama antara satu pihak dan pihak lainnya, tentu akan mempersulit mencapai tujuan dan menyelesaikan masalah tersebut.
Transisi energi G20 merupakan topik paling hangat yang sedang ramai dibicarakan. Menurut Bapak Arifin Tasrif, selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, beliau mengatakan "Transisi energi menjadi sentral dalam mencapai agenda Sustainable Development Goal".Â
Hal ini menjadikan transisi energi sebagai langkah penting bagi dunia dalam mengurangi emisi karbon sehingga menciptakan sistem energi bersih yang berkelanjutan. Transisi energi akan berperan penting dalam untuk menjaga suhu global. Seperti yang dibahas pada COP26 dan G20 2021, sudah menjadi komitmen global untuk menjaga suhu global dibawah 2OC dan berusaha untuk membatasi kenaikannya hingga 1,5OC.
Dalam beberapa tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT cenderung meningkat. Apabila dibandingkan dengan pembangkit tenaga fosil, pembangkit EBT lebih mendominasi. Karena beberapa negara maju telah membuat regulasi baru untuk membatasi penggunaan pembangkit fosil dan menggalakkan penggunaan pembangkit berbasis energi terbarukan.Â
Hal ini didukung dengan harga dan pembiayaan EBT yang kian menurun dibanding 1 dekade lalu, dimana saat itu harga untuk pemasangan pembangkit berbasis EBT masih sangat mahal. Hal tersebut dilatarbelakangi karena sulit untuk pembuatannya dan juga teknologinya masih terbatas.
- Energy Security: yaitu infrastruktur dan kemampuan energi tersebut haruslah menjanjikan, harus memenuhi supply and demand baik di masa kini dan masa depan. Apabila infrastrukturnya sudah cukup baik dan energi terbarukan tersebut sudah cukup menjanjikan, maka masyarakat juga akan merasa aman untuk mengaplikasikan energi terbarukan tersebut.
- Energy Equity: memiliki makna bahwa aksesibilitas dan keterjangkauan dalam pemanfaatan energi berkelanjutan penting untuk pemerataan segala kalangan masyarakat. Apabila hanya dapat dijangkau oleh sebagian kalangan saja, maka akan sulit untuk mencapai tujuan transisi energi nasional.
- Energy environmental: berati ketersediaan energi alam. Maksudnya adalah ketika mengetahui bahwa pada suatu daerah tersebut tinggi, maka sebaiknya memanfaatkan potensi tersebut. Hal tersebut penting untuk memenuhi permintaan pasar dan menjaga pasokan energi.
Tiga faktor tersebut sangat penting sebagai langkah awal memaksimalkan energi terbarukan. Apabila hanya condong ke salah satu faktor saja tanpa memperhatikan faktor lainnya, tentu akan terjadi ketidakseimbangan.
Yang pertama yaitu kemudahan akses energi, lalu yang kedua yaitu adanya transfer teknologi dengan negara lain, dan yang ketiga adalah kestabilan pasar. Apabila ketiga poin tersebut digabungkan menjadi satu, maka akan muncul tahapan untuk mempercepat transisi energi tersebut. Ketika terdapat kemudahan akses energi yang diiringi dengan kestabilan pasar, tentu akan menarik minat banyak orang.Â
Ketika seseorang sudah berminat, maka inklusif atau adanya berkeadilan itu diperlukan agar mencakupi dan diterima segala kalangan masyarakat untuk mendukung misi transisi energi. Tentunya untuk mencapai tujuan tersebut yang harus diperlukan pengembangan SDM agar berkualitas dan meningkatkan berbagai teknologi melalui inovasi dan belajar dari negara lain yang sudah maju terlebih dahulu.
Saat ini terdapat beberapa program dan upaya yang telah dilakukan demi mempercepat proses transisi energi nasional. Beberapa diantaranya yaitu:
- Program biogas rumah (BIRU).
Program ini adalah hasil inisiatif kolaborasi Hivos dan KESDM sejak tahun 2012. Â Dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) untuk memberikan masyarakat Indonesia akses ke energi masak bersih.
- Program pembuatan Pelet biomassa.
Pelet biomassa ini biasanya digunakan untuk alternatif penggunaan batubara, agar mengurangi beberapa persen penggunaannya. Terbuat dari bahan organik bekas yang diolah agar berbentuk seperti pellet, dicampur dengan bahan tertentu agar dapat terbakar seperti batubara dan biasanya projek ini bersinergi dengan PLTU.
- Patriot energy untuk daerah 4T (Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Transmigrasi).
Merupakan kelompok generasi muda yang berjiwa sosial, aktif, bersemangat, dan memiliki motivasi untuk mendorong pengmbangan EBT di daerah 4T (Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Transmigrasi) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya).
Merupakan program kolaborasi antara Kementrian Pendidikan dan Kementrian ESDM untuk menciptakan dan mendorong pemanfaatan energi bersih yaitu pembangkit listrik tenaga surya atap untuk mendukung bauran EBT 23% pada tahun 2025.
Dengan berbagai program yang ada, menjadikan hal ini sebuah langkah bagi Indonesia untuk beralih menuju transisi energi terbarukan. Kedepannya akan ada program-program baru yang akan memeriahkan misi transisi energi dengan target EBT 23% di tahun 2025 nanti.
 Dengan berbagai bentuk kolaborasi, akan menciptakan berbagai lapangan bisnis baru lapangan kerja baru, serta meningkatkan investasi nasional dan daerah. Dengan menggunakan konsep multistakeholder, bersama-sama Indonesia dapat meraih tujuan utama yaitu menggapai Net Zero Emission di tahun 2060.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H