Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Imajiner Tiga Calon Pemimpin Kucing, Dengan Kucing si Jawara Kampung (Bagian 2)

12 Juli 2023   08:55 Diperbarui: 12 Juli 2023   21:12 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar, Pixabay.com

Kucing Merah, sumber gambar kaltimkece.id
Kucing Merah, sumber gambar kaltimkece.id

Dialog Imajiner Tiga Calon Pemimpin Kucing, Dengan Kucing si Jawara Kampung (Bagian 2)

Paginya sesuai janji, saya mendatangi gubuk yang berada ditengah sawah tersebut.

Dari kejauhan terlihat, Arnold sudah menunggu dengan gagahnya.

Dia memang Pemimpin Kucing yang menepati janji, tipe pemimpin yang tidak suka obral janji, apalagi mencla-mencle.

Tidak sedikitpun terlihat gelagat keraguan dari penampilannya, Arnold memang sangat berwibawa.

Setelah jarak saya dan Arnold cukup dekat.
Dekat dalam arti bisa terdengar, jika dia bersuara.

Karena hal itu bagian penting dalam fatsun "Wawancara."

Kucing ini juga punya aturan, dia paling tidak suka, kalau kita tidak memperhatikan paparannya.

Terlihat dari nada bicaranya yang tinggi.

Maka, kuping harus dipasang baik-baik.

Berikut petikan dialog hari kedua, dengan Arnold si jawara kampung.
***

Saya: Kemarin kamu menyinggung tentang IKN, apa yang kamu ketahui tentang itu?!

Arnold: Pembangunan IKN kan sudah jelas membutuhkan area tanah yang sangat luas, berarti disitu ada pembabatan hutan.

Bisa Anda dibanyangkan!

56.000 hektar lebih yang direncanakan akan dibabat oleh Pemerintah sekarang!

Padahal didaerah itu ada Hutan Lindung Sungai Wain, tempat hidupnya saudara kami, Species Kucing Merah, yang jumlah populasinya cuma hitungan jari, dan Kucing Merah ini termasuk Endemik.

...Saya tidak mau menggali lebih dalam lagi tentang hutan yang digunduli tersebut.

Apalagi mengenai pembangunan IKN tentang mudhorot dan manfaatnya bagi Negara, toh yang penting Arnold sudah menyampaikan kekawatirannya, tentang saudara satu species-nya, yaitu si Kucing Merah yang ada dihutan lindung tersebut...

Saya: Saya melihat kucing dikampung sini populasinya kok berkurang ya?
Apakah nantinya tidak memicu berkembangnya hama tikus?

Arnold: Sebenarnya tidak berkurang...memang ada beberapa kucing yang mati, itu disebabkan sudah tua, dan ada yang terjangkit virus ganas, Feline Panleukopenia Virus (FPV), virus ini sangat mematikan.

Tapi tingkat Fertilitas-nya juga tinggi, kucing-kucing kecil yang baru lahir masih banyak yang menyusui, jadi belum terlihat bermain dijalan-jalan.

...Dari keterangan Arnold ini, berarti kekawatiran saya tentang hama tikus dikampung sudah terbantahkan, alias sudah clear...

Sekarang saatnya saya menanyakan perkara sensitif...

Saya: Penah kamu mendengar istilah 'Lengser Keprabon'?

Arnold: Sewaktu nongkrong dibelakang cakruk ronda, kata-kata itu sering dibahas oleh beberapa peronda, yang sedang giliran ronda.

Malah susunan katanya lebih lengkap lagi, 'Lengser Keprabon Madeg Pandito Ratu!

...Waduh! Ternyata Arnold sudah tahu kata-kata filsafat Jawa, jangan-jangan dia sudah tahu, tujuan saya bertanya...

Saya: Apa yang kamu dengar dari pembicaraan mereka?

Arnold: Iya...apabila sudah tidak berkuasa lagi, seorang pemimpin itu harus mempersiapkan dirinya secara matang.

Saya: Jelasnya gimana?

Arnold: Begini...kekuasaan itu tidak ada yang absolut, paling tidak setiap mahluk pasti ada pembatas, seperti datangnya kematian.

Maka sebelum kematian menjemput para mahluk, termasuk pemimpin itu sendiri, langkah yang terbaik adalah bertobat, dengan cara memperbanyak ibadah, merenungi perbuatannya, dan memperbaikinya.

Saya: Melihat umur kamu sudah tidak muda lagi, apakah ada keinginan untuk lengser sebagai pemimpin kucing dikampung ini?

...Dia terdiam sejenak, sambil menatap dengan sorot mata tajam, apakah dia tersinggung atas pertanyaan tersebut, saya kurang paham...

Arnold: Memang dalam dunia kucing, secara alami pasti akan lengser, walaupun saya masih merasa kuat untuk memimpin.

Karena akan kacau, kalau saya mati, sementara pemimpin kucing dikampung ini belum terpilih secara "defenitif."

Saya: Berarti sudah ada yang kamu persiapkan, untuk menggantikan kedudukanmu?!

Arnold: Saya tidak mempersiapkan apa-apa!
Calon pemimpin didunia kucing muncul secara alami!

...Nadanya agak melengking, mungkin dia ingin menekankan, bahwa pemimpin dalam dunia kucing, juga sama prosesnya seperti  pakem yang dianut oleh manusia.

Harus melalui 'meritokrasi', kira-kira itu yang bisa saya tangkap dari bunyi lengkingannya.

Selanjutnya saya lebih berhati-hati mengajukan pertanyaan...

Saya: Ada berapa sosok yang berpotensi menjadi pemimpin nantinya?

Arnold: Kelihatannya yang berpotensi ada tiga calon.

...Arnold memang sudah lama menguasai kampung ini, maka dalam rentang waktu tersebut, pastinya ia selalu memperhatikan generasi penerus, yang nantinya berpeluang untuk menggantikannya...

Saya: Bisa disebutkan ciri-cirinya, siapa saja dia. Soalnya sering ada beberapa kucing yang melintas didepan rumah, biar bisa dikenali.

Arnold: Pertama kucing yang bulu kepalanya dominan putih, perawakannya agak tinggi.

Kedua, bulunya abu-abu, kepalanya agak besar, badannya agak sedikit pendek.

Ketiga, biasa dipanggil si Oyen, karena warna kulitnya orange, perawakannya sedang...

Saya: Terus, gimana nanti proses mereka bertiga, untuk menentukan yang layak jadi pemimpin, apakah akan adu kekuatan, atau gimana?

Arnold: Sudah beberapa bulan ini saya memantau mereka, kadang mereka bertiga saya ajari cara berburu tikus sawah yang efektif, cara menyergap burung pipit, dan cara menghindar dari sergapan burung elang.

...Ini termasuk informasi baru bagi saya, ternyata tidak mudah menjadi pemimpin kucing, harus banyak pengetahuan dasar agar bisa bertahan hidup.

Batinku, memimpin kucing saja begitu rumit dan kompleks variabelnya, apalagi memimpin Manusia?!..

Saya: Dalam proses pembelajaran tadi, gimana perkembangan mereka?

Arnold: Lumayan lah, semua ada peningkatan, tapi kapabilitas mereka bertiga tergantung karakter, dan daya serap untuk mensaripatikan pelajaran yang diberikan, tentunya semua harus dikombinasikan dengan pengalaman hidup mereka masing-masing.

...Waaa iniii...keterangan Arnold sudah mulai menyentuh filsafat hidup, saya harus mendengarkan dengan teliti, biar gak salah persepsi...

Saya: Yang anda maksud 'tergantung karakter' itu gimana?

Arnold: Baiklah, contoh sederhana saja, seminggu yang lalu, salah satu dari tiga calon pengganti saya, tindakannya terlalu sembrono...

Dia cawe-cawe dengan urusan kucing kampung sebelah, padahal itu bukan wilayah kami, hampir saja dimasa oleh kelompok kucing wilayah utara tersebut.

Untung berita itu cepat sampai kekuping saya, saat itu juga segera kesana, untuk memberi isyarat, agar dia cepat kembali kekampung kami.

Saya: Kamu tidak menyebutkan sosoknya, yang mana sih?

Arnold: Yang bulu kepalanya dominan putih...

Saya: Ooo...dia tho, dia sering lewat didepan rumah. Jadi tindakan seperti itu tidak pantas ya...

Arnold: Iyalah...sudah saya wanti-wanti, bahwa hal itu tidak boleh terulang!

Saya: Ooo..Bagus,....baiklah, bisa dijelaskan dengan ringkas, riwayat hidup, atau apalah namanya, dari dua kucing calon pemimpin lainnya.

Arnold: Dengarkan baik-baik...
Yang abu-abu, diantara bertiga, dia yang paling tua.
Dia pernah menemani saya, untuk berkelahi melawan kelompok kucing sebelah kampung, gara-gara melanggar teritori disebelah utara, jadi untuk urusan berkelahi, dia sudah tidak diragukan lagi.

Cuma menurut saya masih ada kelemahan sedikit...

Saya: Apa kekurangannya?

Arnold: Kadang tindakannya kurang kontrol, jadi memang harus banyak dibimbing lagi.

Saya: Kalau calon yang ketiga gimana?

...Arnold diam sejenak, bisa jadi dia coba mengingat-ingat, perilaku kesehariannya si Oyen ini.

Soalnya dari ketiga calon pemimpin kucing, dia yang paling muda...

Arnold: Dia ini juga ada kekurangannya, pengalaman berkelahinya minim sekali. Tapi pergaulannya terhadap kucing-kucing dikampung ini cukup baik. Selalu menyapa duluan kepada yang lebih tua, dan tindakannya penuh perhitungan.

Saya: Menurutmu, yang mana paling cocok kelak untuk memimpin populasi kucing dikampung ini?

...Arnold terdiam sejenak, dia menerawang, pandangan matanya mengarah kedepan hamparan sawah...

Arnold: Dalam setahun berjalan, kecenderungannya akan terlihat, siapa pantas akan terpilih...

Soalnya tiga calon ini, tidak boleh kerjanya cuma makan tidur-makan tidur melulu...

Dia bertiga harus terus memberi kesan, terhadap populasi kucing dikampung ini, atas kinerja dan perilakunya yang baik dan bermanfaat.

Seperti selama ini yang kami lakukan: melindungi, menolong, mengajari, mengayomi dan memberi  rasa tentram dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Saya: Bararti nanti, sebelum hari 'H' untuk pemimpin defenitif, kamu sudah menunjuk pemimpin yang kamu kehendaki?!

Arnold: Apa maksud Anda "menunjuk"!!!
Terpilihnya pemimpin kucing kelak, tidak ditunjuk begitu saja, walaupun saya sekarang masih berkuasa!

Saya tidak akan cawe-cawe mengenai siapa yang pantas memimpin!

Saya hanya membimbing mereka, dengan pengalaman yang sudah dimiliki, jadi bukan sebagai penentu!

Saya: Lah...terus gimana?
Apakah mereka bertiga tidak saling gontok-gontokan untuk berebut menjadi pemimimpin?!

Arnold: Kucing itu punya insting yang kuat, dengan berjalannya waktu, secara alami nanti akan terpilih dengan sendirinya!

...Arnold menjawab pertanyaan saya dengan nada tinggi, kususnya dalam hal kepemimpinan.

Bahkan dari awal kalimat, dia sudah menunjukan ketegasan dalam beragumen, frekwensi nadanya hampir tidak ada yang rendah, saya memahami, bahwa ini masalah yang sangat mendasar bagi mereka...

Dialog saya akhiri, sedikit-banyak saya sudah paham tentang apa yang dikehendaki hewan liar secara umum, bagaimana mereka bertahan hidup, menjaga kehormatan dan cara memilih pemimpin...

Sebelum saya pulang, ucapan terimakasih pada Arnold, saya wujudkan dengan memberinya Wet food dan Dry food, agar jiwa dan raganya senantiasa sehat.

Selesai.

Penulis, Mohammad Topani S

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun