Opname di Rumah Sakit.
Dalam pemahaman Aqidah Islam, menderita sakit tidak selalu dimaknai dengan musibah. Karena bisa jadi hal itu sengaja diberikan (ditakdirkan) Allah pada hambanya, untuk menguji kesabaran kita.
Agar dengan (sakit) itu, terbuka jalan tobat dari hambanya, kepada Sang Khalik.
Atau Allah berkehendak untuk mengurangi, atau menghilangkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh hambanya...
***
Awal tahun 1971, saya pernah menjalani operasi pengangkatan Amandel atau 'Tonsilektomi'.
Karena setelah di 'diagnosa', ada peradangan yang mengakibatkan bengkak diatas tenggorokan, saat itu saya masih berumur tujuh.
Selanjutnya, selama lima hari opname dirumah sakit PERTAMINA Balikpapan.
Dari prakondisi tiga hari, pasca operasi dua hari, tentunya selalu ditemani oleh orang tua.
Saat itu, operasi pengangkatan amandel masih menggunakan pisau bedah.
Karena teknolgi dengan cara Kauterisasi (memanfaatkan panas), radiofrequency (gelombang ultrasonik), serta Laser, belum umum digunakan.
Maka pasca operasi, masih harus nginap dua hari di Rumah Sakit, untuk pemulihan.
Saya ingat pada saat itu, Ayah dan Ibu selalu menyuapkan eskrim dengan telaten, dan membujuk saya untuk menghabiskannya.
Dengan makan (makan atau minum ya?) es krim, rasa trauma psikis setelah operasi, lambat laun menghilang.
Hati bukan main senangnya, karena selalu disuguhi es krim oleh Ayah-Ibu.
Belakangan diketahui, ternyata minuman yang dingin dan lunak, seperti puding dan es krim, fungsinya untuk membantu meredakan peradangan pasca operasi, sekaligus mempercepat penyembuhan lukanya.
Selama di Bangsal anak-anak, saya juga bermain bersama pasien anak lainnya, dan sering mendengar celotehan mereka.
Celotehan anak-anak saat itu, semua hampir sama, minta dibelikan mainan, ada yang mewek-mewek minta pulang.
Padahal baru satu hari berada dirumah sakit, maklum masih anak-anak.
Tak terduga, dengan berjalannya waktu, limapuluh tahun setelahnya, peristiwa ini berulang.
Tahun 2021 saya di diagnosa oleh dokter, kembali harus menjalani operasi, tapi dibagian lain, dengan sakit yang berbeda.
Dua malam satu hari, untuk prakondisi, dan empat hari pasca operasi, maka genap lima hari.
Ketika dokter menganjurkan saya harus menjalani operasi, hati saya mantap, dan haqqul yakin dengan pertolongan Allah Azza Wajalla.
Sebelumnya saya sudah bersabar dengan penyakit ini, kurang-lebih setahun penyakit ini bersemayam ditubuh saya.
Dengan selalu mengingat sabda Nabi shalallahu alaihi wa alihi wasallam, "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit, dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya."
Dalil inilah yang menguatkan saya untuk menahan sakit. Sakit yang banyak mengganggu aktivitas saya sehari-hari.
***
Ketika operasi berlangsung, saya ditemani anak wanita yang sudah beranjak dewasa.
Anak semata wayang yang menyiapkan segala keperluan tetek-bengek, sebelum dan sesudah operasi.
Beruntunglah orang tua, mempunyai anak yang taat, dan berbakti seperti anak saya ini.
Di Rumah Sakit, dihadapan saya, lain ruang, yang hanya teralingi gorden, ada pasien nenek-nenek sudah berumur melebihi tujuh-puluh tahun.
Nenek tersebut, selalu mengeluh dengan penyakitnya...
Beliau mengeluh dengan terbata-bata, kadang setengah berteriak!
"Gusti Allah kulo nyuwun mari..-Ya Allah saya minta sehat-, Aku kepiye?!..-Aku bagaimana?!-, Aku kok ora oleh bali..-Aku kok gak boleh pulang-?!"
Persamaannya...pasien anak-anak seangkatan saya waktu dulu, sebelum menjalani operasi, ada juga yang nangis untuk minta pulang kerumah...persis seperti rengekan nenek ini.
Keluhan mirip rengekan ini, berulang-ulang terdengar dari si nenek, bahkan sampai larut malam, sampai pukul 02.00 tengah malam.
Disaat itu saya merasa takut!
Karena disebelah kiri dan kanan saya (yang juga teralingi gorden), ada pasien yang kurang lebih sama keluhannya.
Ada yang nafasnya tidak selesai, "ngap-ngap..!" Seperti berat menahan beban...
Pasien disebelahnya lagi, samasekali tidak terdengar suaranya, karena jantungnya lemah.
Hanya terdengar dokter jaga, yang berbicara dengan keluarga pasien, sambil memberi semangat kepada pasien.
Saya takut bukan karena ada mahluk-mahluk gaib yang sering didongengkan, yang katanya sering terlihat beringsut sambil "ngesot", dilorong-lorong Rumah Sakit...
Tapi disaat sakit, dalam keadaan tidak berdaya, saya merasakan betapa lemahnya manusia...
Apalagi, bisa jadi 'Sakaratul' maut sudah mulai menyapa kita!
Kala itu, saya teringat lagi dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam, "Ada dua kenikmatan, yang banyak manusia tertipu dengannya, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang."
Para Ulama mengatakan, bahwa, kita memang harus memperhatikan, atau mengelola waktu luang sebaik-baiknya.
Dan memanfaatkan tubuh ini, saat dalam keadaan prima dengan sebaik-baiknya pula.
Seperti semangat untuk selalu bersyukur. Bersyukur dengan menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.
Karena itu sayapun bersyukur...
Pulang dari opname, dalam perjalanan kerumah, saya selalu terngiang-ngiang dengan keluhan, dan rengekan si nenek yang teralingi gorden di Bangsal Rumah Sakit tersebut...
"Gusti Allah kulo nyuwun mari.."
"Aku ke piye iki..?!"
"Aku kok ora oleh bali..?!"
Kalimat ini selalu terdengar lamat-lamat dibenak saya.
Karena itu, jika ingin memantapkan kualitas bersyukur Anda, atas nikmat yang telah diberikan Allah selama ini, maka bertandanglah Kerumah Sakit...
Semoga bermanfaat.
***
Penulis, Mohammad Topani S
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI