Dua malam satu hari, untuk prakondisi, dan empat hari pasca operasi, maka genap lima hari.
Ketika dokter menganjurkan saya harus menjalani operasi, hati saya mantap, dan haqqul yakin dengan pertolongan Allah Azza Wajalla.
Sebelumnya saya sudah bersabar dengan penyakit ini, kurang-lebih setahun penyakit ini bersemayam ditubuh saya.
Dengan selalu mengingat sabda Nabi shalallahu alaihi wa alihi wasallam, "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit, dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya."
Dalil inilah yang menguatkan saya untuk menahan sakit. Sakit yang banyak mengganggu aktivitas saya sehari-hari.
***
Ketika operasi berlangsung, saya ditemani anak wanita yang sudah beranjak dewasa.
Anak semata wayang yang menyiapkan segala keperluan tetek-bengek, sebelum dan sesudah operasi.
Beruntunglah orang tua, mempunyai anak yang taat, dan berbakti seperti anak saya ini.
Di Rumah Sakit, dihadapan saya, lain ruang, yang hanya teralingi gorden, ada pasien nenek-nenek sudah berumur melebihi tujuh-puluh tahun.
Nenek tersebut, selalu mengeluh dengan penyakitnya...
Beliau mengeluh dengan terbata-bata, kadang setengah berteriak!
"Gusti Allah kulo nyuwun mari..-Ya Allah saya minta sehat-, Aku kepiye?!..-Aku bagaimana?!-, Aku kok ora oleh bali..-Aku kok gak boleh pulang-?!"