Mereka berdua kuharap bisa urun rembuk terhadap masalah ini.
***
Saat diwarung, aku memilih meja yang paling sudut, biar ngobrolnya lebih privasi.
Sambil menunggu pesanan nasi goreng, Tigor dan Ben's mendengarkan ceritaku dengan tenang dan prihatin.
Dari awal, tentang perhatianku terhadap  Karmila, saat pertama bertemu di depan gerbang sekolah, sampai isi surat terakhir yang kuterima dari Karmila.
Semua kubuka kepada sahabatku ini.
Karena aku berharap, agar cerita ini untuk bahan pertimbangan mereka berdua, walaupun sebenarnya, aku sudah punya keputusan sendiri terhadap Karmila.
Mendengar penuturanku, Tigor dan Ben's terdiam. Aku dapat merasakan mereka berdua sangat empati berat.
Ya, empati yang dalam terhadap musibah yang menimpa Karmila.
Tigor dan Benyamin sepertinya memahami, kemana arah pembicaraan-ku.
Aku-pun terdiam...
Dihadapanku, nasi goreng dan jeruk hangat yang kupesan, belum kusentuh samasekali.