Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Roti Tawar Vs Makanan Tradisional

22 Juni 2023   01:19 Diperbarui: 24 Juni 2023   18:50 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi Gambar. Lifestyle Okezone.
Ilustrasi Gambar. Lifestyle Okezone.

Ilustrasi Gambar, Rinaresep.com
Ilustrasi Gambar, Rinaresep.com

Jauh sebelum Holland Bakery, Sari Roti atau roti tawar yang ada dimini market dipasarkan secara masif, saya sudah mengenal makanan ini, setidaknya sejak bermukim di Parikesit Balikpapan.

Saat itu awal tahun 70-an, setiap sore mobil colt warna biru dengan bak tertutup, dari pabrik roti Komperta (Komplek Pertamina) Karanganyar, berkeliling membagi-bagikan roti tawar secara gratis, kepada setiap penghuni rumah di Komplek tersebut.

Pembagian gratis makanan utama negeri Kincir Angin ini, jauh sebelumnya sudah dilakukan oleh BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij), Perusahaan Minyak Bumi yang dikelola oleh Belanda.

Jadi ini merupakan estafet kebijakan "Pemilik" lama, yang dilanjutkan oleh PERTAMINA saat itu.

Dengan suara lonceng kecil, mirip klenengan yang digantungkan dileher sapi, bunyi inilah sebagai pertanda roti sudah siap dibagikan, kepada penghuni Komplek.

Roti tawar atau 'Tafelbrood' (dlm Belanda), sudah diperkenalkan oleh Kolonial kepada Inlander (sebutan pribumi oleh Kolonial) sejak tahun 30-an.

Belanda saat itu memperkenalkan makanan ini, agar kaum Pribumi mengetahui, inilah makanan yang mempunyai cita-rasa tinggi (dengan beragam topingnya), dan menurut mereka beradab.

Bukan seperti makanan tradisioanl, Tiwul, Gatot, Intip (kerak nasi), Tempe, dan lain-lain, yang dianggapnya makanan yang tidak berkelas, atau kurang manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun